TEMPO.CO, Jakarta - Tulisan berwarna putih di senjata semi-otomatis milik Brenton Tarrant, terdakwa serangan teror di masjid kota Christchurch, Selandia Baru pada Jumat lalu ternyata nama-nama pendukung supremasi kulit putih, anti-imigran, anti-Muslim hingga para jenderal yang bertempur menjatuhkan kerajaan Ottoman dan Perang Salib.
Sedangkan tulisan putih For Rotherham di amunisi milik Tarrant merujuk pada satu peristiwa pelecehan seksual yang dialami 1.400 anak-anak di Rotherdam pada tahun 2014 oleh sejumlah pria terkenal asal Pakistan dan hukum gagal menindak para pelakunya.
Baca: Brenton Tarrant Buat Simbol WP dengan Tangan Diborgol, Artinya?
Tulisan di senjata para pelaku menuliskan nama-nama seperti Alexandre Bissonnett, Luca Traini, Sebastiano Venier, Dmitry Senyavin, Serban Cantacuzino, Laksamana Edward Codrington, dan Gaston IV.
Bissonnett merupakan pelaku penembakan di satu masjid di Quebec City yang menewaskan 6 orang.Pada 8 Februari 2019 ia dihukum seumur hidup tanpa pengurangan hukuman selama 40 tahun.
Luca Traini merupakan ekstrimis sayap kanan berkewarganegaraan Italia. Traini menembak hingga tewas 6 imigran Afrika atas motif rasial di pusat kota Macerata.
Baca: Satu WNI Korban Penembakan di Selandia Baru Meninggal
Sebastiano Venier merupakan seorang jenderal yang dikenang atas perannya dalam pertempuran di Lepanto di mana Liga Suci Kristen dikalahkan oleh pasukan Kekaisaran Ottoman tahun 1571.
Senyavin, laksamana Rusia juga terlibat pertempuran melawan Kekaisaran Ottoman. Sedangkan Serban Cantacuzino merupakan pangeran Wallachia pada 1678 hingga 1688.
Adapun laksamana Inggris bernama Edward Codringon yang menghancurkan armada Ottoman dalam Pertempuran Navarino.
Baca: Salahkan Muslim Atas Teror Selandia Baru, Senator Ditimpuk Telur
Gaston IV, Viscount of Bearn, dikenal sebagai Tentara Salib karena terlibat dalam Perang Salib Pertama.
Aparat keamanan Selandia Baru telah menangkap 4 tersangka pelaku serangan teror di 2 masjid di Christchurch di Selandia Baru pada Jumat lalu. Satu di antara para tersangka merupakan wanita. Aparat hukum menjerat Brenton Tarrant dengan dakwaan membunuh yang ancaman hukumannya berupa hukuman mati.