TEMPO.CO, Christchurch – Kisah kepahlawanan warga Kota Chrischurch saat berupaya menyelamatkan korban serangan teror di Selandia Baru terus bermunculan.
Baca:
Korban Penembakan di Selandia Baru Jalani Operasi Berulang
Serangan teror di Selandia Baru berupa aksi penembakan massal menewaskan 50 orang dan melukai 48 orang lainnya. Pelaku bernama Brenton Harrison Tarrant, yang merupakan warga Australia dan tinggal di Dunedin, Selandia Baru.
Salah satu warga kota ini, Jill, mengatakan sedang mengendarai mobil di depan masjid Al Noor pada Jumat siang, 15 Maret 2019, saat mendengar suara rentetan tembakan.
Dua lelaki terluka berjalan mendekati mobilnya yang berhenti di tepi jalan. Jill menggunakan kap dan pintu mobil untuk melindungi kedua pria itu dari sasaran tembakan yang mungkin terjadi sambil meminta keduanya masuk ke mobil.
Baca:
PM Selandia Baru Dapat Email dari Teroris Sebelum Beraksi
Salah satu lelaki terluka tembak di bagian punggung. Seorang pengendara mobil lainnya berhenti dan ikut menolong lelaki ini dengan mengambil perlengkapan P3K dari mobil lain yang lewat.
Jill mengaku sangat terkejut dan ketakutan dalam situasi itu sehingga tangannya gemetaran saat menolong kedua korban.
Dia mengaku merasa khawatir bantuan yang diberikan untuk membalut luka korban kurang memadai karena tangannya terus gemetar saat memberikan pertolongan.
“Seorang lelaki Muslim yang baik lalu datang dan ikut membantu karena Anda harus menekan cukup kuat untuk (membalut luka) korban,” kata dia seperti dilansir News pada Sabtu, 16 Maret 2019.
Baca: Pelaku Penembakan di Selandia Baru Terancam Hukuman Seumur Hidup
Jill melanjutkan,”Yang paling parah kondisinya adalah kita bisa mendengar suara mobil ambulance tapi mereka tidak bisa mendekati kami.” Dia lalu membantu menelpon istri dari lelaki ini dan memintanya langsung menunggu suaminya di rumah sakit.
Seorang lelaki lainnya yang tergeletak di seberang jalan, menurut Jill, akhirnya meninggal dunia karena tidak tertolong akibat aksi penembakan yang terus terjadi.
Jill mengaku dirinya bukanlah seorang pahlawan meskipun telah mengambil resiko membantu korban penembakan.
“Bukan, saya bukan pahlawan. Anda hanya mlakukan yang Anda lakukan saat itu. Saya harap saya dapat melakukan lebih banyak lagi saat itu,” kata dia yang berusia 66 tahun. Dia mengaku tidak terbayang bakal menyaksikan peristiwa seperti ini di Selandia Baru.
Yama Nabi menunjukkan foto ayahnya Haji Daoud, yang tewas dalam penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru.[bdnews24.com]
Netizen menyebut Jill sebagai wajah kemanusiaan dengan sikapnya yang siap membantu itu.
Baca: Teroris Penembakan di Christchurch Tersenyum Saat Disidang
Sejumlah karangan bunga dari warga ditaruh di sekitar taman botani di Christchurch, yang terletak dekat rumah sakit publik untuk mengenang para korban yang meninggal dan terluka.
Pelaku penembakan massal di Kota Christchurch, Selandia Baru, Brenton Harrison Tarrant, menembaki jamaah masjid Al Noor dan masjid Linwood, yang menewaskan 50 orang dengan 48 terluka. Times of Islamabad
Pada Jumat malam, Premier dari New South Wales, Gladys Berejiklian, dan tokoh oposisi Michael Daly, bergabung dengan ratusan warga yang menghadiri ibadah salat Jumat di masjid Lakemba di Sydney barat daya. Seorang ibu dan putrinya, yang memiliki keluarga di Selandia Baru, menaruh bunga di tangga masjid.
Baca:
Pada jumpa pers Sabtu kemarin, Berejiklian mengatakan dia tersentuh dengan suasana saat mengunjungi masjid Lakemba, yang merupakan masjid terbesar di Australia. “Saya melihat sebuah komunitas yang sangat terguncang dan sedih. Kita akan bersatu dan menyembuhkan diri bersama,” kata Berejiklian, yang juga mengucapkan belasungkawa untuk warga Selandia Baru.