TEMPO.CO, Dunedin – Terdakwa serangan teror di Selandia Baru, Brenton Harrison Tarrant, sempat dilaporkan ke polisi oleh seorang pemburu di Selandia Baru karena berperilaku membahayakan saat latihan menembak.
Baca:
PM Selandia Baru Dapat Email dari Teroris Sebelum Beraksi
Tristan, 34 tahun, mengatakan melaporkan perilaku Tarrant ke polisi karena dia merasa khawatir.
“Dia menembak seperti benar-benar ingin menembak dan itu mengunakan senapan berkekuatan besar. Anda tidak butuh semua itu untuk berburu hewan, yang kita lakukan secara manusiawi,” kata Tristan seperti dilansir News pada Ahad, 17 Maret 2019.
Tristan melihat perilaku Tarrant itu saat berlatih menembak bersama di sebuah tempat latihan menembak di Dunedin, Selandia Baru. Tarrant, yang berasal dari Kota Grafton, New South Walesh, Australia, pindah ke Kota Dunedin sekitar dua-tiga tahun lalu.
Baca: Pelaku Penembakan di Selandia Baru Terancam Hukuman Seumur Hidup
“Sehari bersama dia (Tarrant) membuat saya terguncang setidaknya,” kata dia. Tristan mengaku telah mengenal Tarrant selama sekitar dua tahun terakhir.
Perilaku Tarrant itu juga dibahas dalam forum Facebook milik klub menembak di Dunedin.
“Dia (Tarrant) mengeluhkan anak-anak yang bermain papan selancar dengan mengatakan jika mereka boleh membawa papan selancar maka dia juga seharusnya boleh membawa senjata,” kata salah satu anggota forum menceritakan ucapan Tarrant.
Haji Daoud Nabi.[NZ Herald]
Anggota lain forum ini menjawab,”Saya akan melaporkan dia ke polisi, lelaki itu sepertinya orang bodoh (fruit loop).”
Baca: Teroris Penembakan di Christchurch Tersenyum Saat Disidang
Pemburu di forum ini menambah komentar baru di forum online ini pasca penembakan di Christchurch. “Saya telah memperingatkan polisi mengenai klub senapan tempat dia berlatih… kacau deh,” kata dia.
Namun, pemburu itu mengatakan polisi hanya berkata,”Mereka orang-orang aneh tapi mereka tidak berbahaya.”
Tarrant tinggal di sebuah rumah sewaan di kawasan tenang Dunedin di Anderson Bay. Polisi bersenjata menjaga rumahnya hingga Sabtu kemarin.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, memeluk seorang warga Muslim di Kota Christchurch dalam pertemuan dengan komunitas Muslim pada Sabtu, 16 Maret 2019, pasca serangan teror oleh Brenton Harrison Tarrant di 2 masjid pada Jumat, SMH via STUFF
Seusai penembakan jamaah salat Jumat di dua masjid di Kota Christchurch pada Jumat, 15 Maret 2019, polisi menggerebek rumah sewaan itu sambil membawa anjing pengendus bom. Petugas memeriksa hingga ke atap rumah.
Baca:
Tarrant ditangkap 36 menit setelah melakukan aksi penembakan di masjid Al Noor dan masjid Linwood. Saat itu, dia hendak melarikan diri menggunan sebuah mobil station wagon. Dia menjalani persidangan perdana pada Sabtu kemarin, yang hanya berlangsung sekitar tiga menit. Dia sempat tersenyum ke awak media yang meliput di dalam ruangan.
Imam yang memimpin salat di masjid Linwood, Ibrahim Abdul Halim, mengatakan komunitas Muslim tidak akan terguncang oleh aksi pembantaian Tarrant itu. “Kami tetap mencintai negara ini. Ekstrimis tidak akan mampu merusak kepercayaan kami,” kata Halim.
Reuters melansir PM Selandia Baru Jacinda Ardern, mengutuk keras aksi teror ini. Dia berjanji semua penganut agama akan mendapat perlindungan dalam menjalankan ibadahnya. Ardern juga mengatakan akan mengubah undang-undang senjata agar peristiwa ini tidak terulang lagi.