TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku teror penembakan di Selandia Baru, Brenton Tarrant, mengaku memperoleh uang dari Bitconnect, uang digital sejenis Bitcoin.
Menurut laporan abc.net.au, 15 Maret 2019, Tarrant diketahui pernah mengunjungi Eropa, Asia Tenggara hingga Asia Timur. Bahkan dia sempat berkunjung ke Korea Utara, bersama kelompok tur ke Samjiyon Grand Monument.
Baca: Brenton Tarrant Diduga Pelaku Penembakan Masjid di Selandia Baru
Tarrant juga pernah bekerja sebagai instruktur fitness di Big River Gym, kota Grafton, utara New South Wales, Australia.
"Dia bekerja dari 2009 sampai 2011, kemudian pergi liburan luar negeri ke Asia dan Eropa," kata manajer gym, Tracey Gray.
Brenton Tarrant saat berfoto di Pakistan pada 2018.[supplied/abc.net.au]
Sebelum melancarkan aksi teror, Tarrant mengunggah sebuah manifesto sebanyak 38 halaman ke Twitter berjudul The Great Replacement: Towards A New Society, atau "Pergantian Besar: Menuju Sebuah Masyarakat Baru".
Reuters melaporkan, akun Twitter @brentontarrant pada Rabu juga mengunggah sebuah senapan serbu dan peralatan militer yang dihias pesan nasionalisme kulit putih. Senjata dan perlengkapan militer ini terlihat serupa dengan yang disiarkan Tarrant saat menyerang masjid.
Baca: Pelaku Penembakan di Selandia Baru Pernah Jadi Instruktur Gym
Dikutip dari Sydney Morning Herald, Tarrant menulis dalam manifesto-nya bahwa dia merencanakan serangan teror selama dua tahun dan bahkan mengunjungi Christchurch untuk berlatih sebelum menjadikannya target.
Dalam manifesto-nya, Tarrant juga mengaku bahwa dirinya berasal dari keluarga kelas bawah Australia dan tidak tertarik masuk universitas. Pelaku penembakan di Selandia Baru itu mengatakan dia pernah bekerja sebentar sebelum memperoleh pendapatan dari investasi uang digital sejenis Bitcoin, bernama Bitconnect, kemudian menggunakan uang itu untuk berlibur ke luar negeri.