TEMPO.CO, Washington – Pentagon memulai persiapan untuk mengembangkan sejumlah rudal baru menyusul keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menghentikan keterlibatan dalam Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah atau Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty.
Baca:
Pemerintahan Trump berencana untuk keluar sepenuhnya dari perjanjian kontrol senjata yang dibuat pada 1987 dengan alasan pelanggaran oleh Rusia.
Perjanjian ini ditandatangani oleh Presiden AS, Ronald Reagan, dan Presiden Uni Sovyet, Mikhail Gorbachev. Perjanjian itu, seperti dilansir Channel News Asia, melarang pembuatan rudal darat dengan jarak 500 – 5.500 kilometer.
“Kami akan memulai aktivitas pembuatan komponen untuk mendukung pengetesan untuk pengembangan rudal konvensional berbasis darat,” kata juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Michelle Baldanza seperti dilansir CNN pada Selasa, 12 Maret 2019.
Baca:
Baldanza mengatakan aktivitas ini tidak konsisten dengan kewajiban yang diatur dalam perjanjian kontrol senjata tadi saat pemerintah AS belum menyatakan menghentikan semua pemenuhan kewajiban yang diatur dalam perjanjian itu.
Menurut dia, jenis rudal yang bakal dikembangkan berhulu ledak non-nuklir. “Aktivitas riset dan pengembangan ini didesain untuk bisa dibalik (reversible) seandainya Rusia kembali kepada kepatuhan penuh yang bisa diverifikasi sebelum kami menarik diri dari perjanjian itu pada Agustus 2019,” kata Baldanza.
Pentagon sudah mulai melakukan riset untuk jenis rudal baru pada 2017 sebagai respon atas aktivitas Rusia.
Baca:
Menanggapi langkah ini, Kremlin telah mengeluarkan pernyataan pada awal Maret 2019 bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah menandatangani keputusan menunda implementasi dari INF Treaty.
Kremlin menyatakan langkah ini diambil menyusul terjadinya pelanggaran AS terhadap kewajibannya seperti yang diatur perjanjian kontrol senjata itu.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia, Vladimir Putin (kanan). AP via The Sun
Putin juga menyebut akan mengembangkan sejumlah rudal jarak menengah baru untuk merespon proyek serupa dari AS. Dia mengancam akan mengerahkan rudal-rudal itu untuk menyasar ibu kota negara Barat.
Baca:
AS menuding Rusia melanggar perjanjian lewat pengembangan dan pengerahan rudal jelajah SSC-8/9M729 berbasis darat. Tuduhan ini didukung sekutu NATO tapi dibantah oleh Rusia.
“Rusia memperbarui kekuatan nuklirnya termasuk rudal yang mengancam wilayah Eropa dengan memiliki dua kemampuan, yaitu Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) dengan pembuatan rudal jelajah berbasis darat SSC-8/9M729,” kata Scaparrotti, Komandan Komando Eropa AS dalam penjelasan kepada Kongres akhir bulan ini.