TEMPO.CO, Beijing – Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, memperingatkan tindakan intervensi terhadap pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan penerapan sanksi di negara-negara Amerika Selatan.
Baca:
Wang mengatakan sejarah menunjukkan pelajaran jelas untuk tidak mengikuti jalan lama yang membawa bencana.
“Urusan internal setiap negara harus diputuskan oleh bangsa itu sendiri. Gangguan eksternal dan sanksi akan hanya melebarkan situasi tegang. Dan itu mengizinkan lagi hukum rimba berkuasa dan merusak,” kata Wang dalam jumpa pers di sela-sela pertemuan parlemen Cina seperti dilansir Reuters pada Jumat, 8 Maret 2019.
Cina mengulangi lagi seruannya kepada semua negara untuk tidak melakukan intervensi terhadap urusan internal Venezuela. Beijing juga terus mendukung Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, yang berusaha mempertahankan kekuasaannya di tengah serangan kelompok oposisi pimpinan Juan Guaido, yang mendesaknya mundur di tengah krisis ekonomi berkepanjangan.
Baca:
Mayoritas negara Eropa dan Amerika Latin mendukung Guaido. AS sedang menggodok sanksi baru terhadap Venezuela dengan menyasar bank-bank yang masih mendukung transaksi ekonomi Venezuela.
Sedangkan Maduro didukung oleh Cina, Rusia, Turki, Meksiko, dan Kuba. Kuba bahkan dituding AS mengerahkan sekitar 2.500 anggota militer dan intelijen untuk menjaga kekuasaan Maduro.
Wang Yi melanjutkan,”Ada banyak pelajaran seperti itu dari sejarah dan jalan lama yang penuh bencana sebaiknya tidak diikuti.”
Presiden Venezuela, Nicolas Guaido, dan Presiden interim, Juan Guido. Sky.com
Saat ini, Cina mengatakan terus mendukung upaya oposisi dan pemerintah Venezuela untuk mencari solusi politik lewat dialog damai, memastikan stabilitas negara dan keamanan rakyat.
Baca:
Selama ini, Beijing telah menggelontorkan dana pinjaman senilai US$50 miliar atau sekitar Rp716 triliun. Ini diberikan lewat mekanisme perjanjian minyak untuk pinjaman selama satu dekade terakhir. Cina melakukan ini untuk mengamankan suplai minyak mentah bagi pertumbuhan cepat ekonominya. Venezuela disebut sebagai negara dengan cadangan minyak terbesar dunia yaitu sekitar 300 miliar barel.
Cina meningkatkan kehadirannya di kawasan Amerika Latin, yang membuat Amerika merasa khawatir. Ini membuat beberapa negara telah melepas hubungan diplomatik dengan negara kepulauan yang memerintah sendiri yaitu Taiwan dan memilih Cina. Penasehat keamanan nasional AS, John Bolton, meminta pemerintah El Salvador untuk melawan ekspansi Cina yang bersifat predator. Pada 2018, El Salvador meninggalkan Taiwan.
Baca:
Menurut Wang Yi, hubungan Cina dan Amerika Latin telah mencapai kemajuan besar dan tidak ditujukan untuk pihak ketiga. Hubungan kedua pihak bersifat saling menguntungkan dan jangka panjang dan tidak perlu mendapat gangguan atau kritik.
Secara terpisah, Wakil Presiden AS, Mike Pence, mengatakan tidak ada batas waktu mengenai kapan terjadinya perubahan rezim di Venezuela. “Fokus kami adalah melihat restorasi penegakan hukum dan demokrasi di Venezuela,” kata Pence seperti dilansir Forbes dengan mengutip media Telemundo. Pence mengatakan ini setelah berupaya memasukkan bantuan kemanusiaan ke Venezuela, yang diblokir oleh militer pro Maduro dua pekan lalu.