Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mulai Banyak Bayi di Shanghai Pakai Nama Keluarga Ibu, Kenapa?

image-gnews
Ilustrasi bayi dan ibu di Cina. Guide in China
Ilustrasi bayi dan ibu di Cina. Guide in China
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Semakin banyak ibu di Shanghai, Cina mencantumkan nama keluarganya saat memberi nama bayi, yang dianggap menandai berkurangnya dominasi tradisi patriakal.

Dalam tradisi patriakal nama anak selalu disertai nama keluarga dari ayah mereka saja.

Baca: 20 Nama Anak yang Dilarang di Berbagai Belahan Dunia

Berdasarkan catatan Kantor Manajemen Populasi Shanghai yang diumumkan pekan ini, dari 90 ribu bayi yang lahir dari penduduk tetap pada tahun 2018, sebanyak 8,8 persen bayi yang lahir menggunakan nama keluarga ibu, 91.2 persen bayi menggunakan nama keluarga bapaknya, dan 2,5 persen mengunakan keduanya, nama ayah dan ibunya.

Menurut laporan South China Morning Post, Kamis, 7 Maret 2019, hampir 1 dari 10 bayi yang lahir tahun lalu menggunakan nama keluarga ibu mereka.

Peneliti feminis di Universitas Capital Normal di Beijing, Huang Lin mengatakan, dia terkejut dengan meningkatnya persentase bayi yang menggunakan nama keluarga ibu mereka dari perkiraan sebelumnya.

Menurut Huang, persentase ini merefleksikan status perempuan lebih meningkat di masyarakat saat ini.

"Ini mungkin karena Shanghai merupakan salah satu kota di Cina yang sudah lebih dulu melakukan modernisasi. Perempuan lebih memperhatikan kemerdekaan ekonomi di sini," kata Huang.

Baca: 12 Kata, Ini Nama Anak Terpanjang di Malaysia

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Di era feodal Cina, perempuan tidak memilik namanya sendiri, namun dirujuk dari perpaduan nama suami dan nama keluarga ayah mereka. Wanita modern dapat mencantumkan nama keluarga mereka pada anak-anak mereka sunnguh merupakan perubahan revolusioner," ujarnya.

Alasan berbeda disampaikan Yang Juhua, profesor di bidang demografis dari Pusat Studi Populasi dan Pembangunan Universitas Renmin di Beijing, Cina. Menurut Yang, tren nama keluarga ibu disematkan pada nama bayinya berhubungan dengan kebijakan baru pemerintah Cina yang mengizinkan suami istri memiliki dua anak.

"Di banyak keluarga di kota-kota besar, anak pertama sekarang membawa nama keluarga ayahnya dan anak kedua dari nama ibunya. Pengaturan ini dianggap adil bagi kedua keluarga," kata Yang.

Baca: KFC Beri Hadiah Rp 170 Juta untuk Seorang Bayi, Kenapa?

Undang-undang Pernikahan Cina mengatur orang dapat memilih apakah menggunakan nama keluarga ayah atau ibu.

Isu penggunaan nama keluarga ibu dalam memberikan nama bayi di Shanghai menjadi bahan perdebatan di media sosial. Ada yang menganggap pemberian nama keluarga ayah sebagai tradisi yang berlangsung selama ribuan tabun lalu sudah semestinya dihormati.

"Ada hanya sedikit negara di dunia yang orang-orangnya menggunakan nama keluarga ibu. Hillary Clinton bahakn menggunakan nama keluarga suaminya."

Sementara seorang warga Cina dari Sichuan menuliskan di portal berita 163.com bahwa nama keluarga diberikan pada bayi hanya simbol karena pada dasarnya anak itu milik ayah dan ibunya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


OJK Imbau Para Ibu agar Tak Ciptakan Generasi Sandwich

1 jam lalu

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi. TEMPO/Tony Hartawan
OJK Imbau Para Ibu agar Tak Ciptakan Generasi Sandwich

toritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan para ibu agar tidak menciptakan generasi sandwich. Apa itu?


Bayi di Gaza Lahir dari Rahim Ibu Hamil yang Tewas Diserang Israel

1 hari lalu

Petugas medis menggendong seorang bayi perempuan Palestina yang baru lahir setelah dia dikeluarkan hidup-hidup dari rahim ibunya Sabreen Al-Sheikh, yang terbunuh dalam serangan Israel, bersama suaminya dan putrinya di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di sebuah rumah sakit di Rafah di Jalur Gaza selatan, 20 April 2024. Bayi tersebut, dengan berat 1,4 kg dan dilahirkan melalui operasi caesar darurat, berada dalam kondisi stabil dan membaik secara bertahap. Reuters TV via REUTERS
Bayi di Gaza Lahir dari Rahim Ibu Hamil yang Tewas Diserang Israel

Tim medis di Gaza berhasil melakukan operasi caesar untuk membantu lahirnya bayi dari rahim seorang ibu yang tewas dalam serangan Israel.


Melawat ke Cina, Menlu AS Bahas Dukungan Beijing untuk Industri Pertahanan Rusia

1 hari lalu

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi di Departemen Luar Negeri di Washington, AS, 26 Oktober 2023. REUTERS/Sarah Silbiger
Melawat ke Cina, Menlu AS Bahas Dukungan Beijing untuk Industri Pertahanan Rusia

Menlu AS Antony Blinken juga akan membahas sejumlah isu dalam lawatan ke Cina, termasuk Laut Cina Selatan dan konflik Timur Tengah


Serangan Israel di Rafah Tewaskan 18 orang, Termasuk 14 Anak-anak

1 hari lalu

Warga Palestina menunggu untuk menerima makanan selama bulan suci Ramadan, saat konflik antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 13 Maret 2024. REUTERS/Mohammed Salem
Serangan Israel di Rafah Tewaskan 18 orang, Termasuk 14 Anak-anak

Serangan brutal Israel pada Sabtu malam di Rafah menewaskan 18 orang, termasuk 14 anak-anak. Dokter berhasil menyelamatkan bayi dari jasad ibu hamil


Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

6 hari lalu

Ilustrasi selingkuh. Shutterstock
Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

Sekretaris Nasional Perempuan Mahardhika, Tyas Widuri, menilai penahanan Anandira Puspita dan bayinya berpotensi mereviktimisasi korban dugaan perselingkuhan suaminya.


Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

8 hari lalu

Korban penusukan di Australia. Istimewa
Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

Warga Australia berduka atas kematian lima perempuan dan seorang pria penjaga keamanan pengungsi asal Pakistan.


Pria di Medan Bunuh Ibu Kandung Gara-gara Kesal Diomeli karena Minta Uang Rokok

19 hari lalu

Wem Pratama, warga Jalan Tuba 3, Kota Medan, diamankan usai mengaku telah membunuh ibu kandungnya. TEMPO/Istimewa
Pria di Medan Bunuh Ibu Kandung Gara-gara Kesal Diomeli karena Minta Uang Rokok

Wem Pratama, 33 tahun, warga Jalan Tuba 3, Kota Medan, membunuh ibu kandungnya, Megawati, 55 tahun dengan memukul dan menggorok leher.


8 Tips Mengatur Bayi Agar Tak Mudah Rewel Saat Mudik

26 hari lalu

Ilustrasi mudik. TEMPO/Subekti
8 Tips Mengatur Bayi Agar Tak Mudah Rewel Saat Mudik

Ada berbagai trik dan cara supaya bayi tidak rewel saat dibawa mudik lebaran atau perjalanan jauh


Warga Depok Nyaris Bentrok karena Bangunkan Sahur Dinilai Terlalu Mengganggu

28 hari lalu

Ilustrasi membangunkan sahur. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Warga Depok Nyaris Bentrok karena Bangunkan Sahur Dinilai Terlalu Mengganggu

Viral video keributan sekelompok pemuda dengan warga yang menegur cara membangunkan sahur yang dinilai terlalu mengganggu


Tega, Ibu Ini Tinggalkan Bayinya hingga Tewas di Rumah Demi Liburan 10 Hari

28 hari lalu

Ilustrasi ibu sedih saat mengasuh bayinya. Foto: Unsplash/Hollie Santos
Tega, Ibu Ini Tinggalkan Bayinya hingga Tewas di Rumah Demi Liburan 10 Hari

Seorang ibu tega meninggalkan bayinya sendirian di rumah hingga akhirnya tewas karena kelaparan demi liburan sendirian.