TEMPO.CO, Jakarta - Ulama Mesir dari Al Azhar, Imam Besar Ahmed Al-Tayeb, memicu pro dan kontra setelah pernyataan kontroversialnya yang menyebut poligami tidak adil.
Dikutip dari The Independent, 4 Maret 2019, Syeikh Ahmed al-Tayeb, mengatakan di program televisi mingguan pada Jumat dan di Twitter-nya.
Tayeb mengatakan poligami dibatasi dalam Islam dan membutuhkan keadilan.
"Jika tidak ada keadilan dilarang memiliki lebih dari satu istri," katanya.
Dia menambahkan bahwa poligami berasal dari kurangnya pemahaman tentang Quran dan tradisi nabi.
Baca: Komentar Imam Besar Al Azhar Soal Poligami Jadi Kontroversi
Pernyataan imam besar disambut oleh Dewan Nasional untuk Perempuan Mesir.
"Agama Islam menghormati perempuan. Islam membawa keadilan dan banyak hak yang tidak ada sebelumnya," kata presiden dewan, Maya Morsi, dikutip dari Channel News Asia.
Terlepas dari pandangannya tentang poligami, siapa Imam Besar Syeikh Ahmed al-Tayeb.
Menurut The National, Imam Besar Ahmed Al-Tayeb, ditunjuk Hosni Mubarak sebagai ketua Al Azhar karena pandangan Islam moderatnya.
Paus Fransiskus bertemu Syeikh Ahmed al-Tayeb.[Columban Interreligious Dialogue]
Imam Besar Ahmed Al-Tayeb, usia 73 tahun, menggantikan Sheikh Mohammed Sayed Tantawi yang wafat. Tantawi saat itu sebagai Imam Besar Mesir dan Kepala Universitas Al Azhar pada 2010.
Syeikh Ahmed al-Tayeb fasih berbicara Inggris dan Prancis, mendapat gelar PhD di bidang filsafat Islam dari Universitas Sorbonne Prancis.
Dilahirkan pada tahun 1946, al Tayeb bergabung dengan sekolah yang berafiliasi dengan Al Azhar pada usia 10 tahun, dengan karir selama 40 tahun di lembaga tersebut.
Dia menjadi anggota fakultas di Universitas Al Azhar sebelum menjadi dekan departemen filsafat. Dia adalah seorang ahli filsafat agama dan masalah-masalah iman, dan telah menulis buku-buku tentang sains, Marxisme, filsafat Islam, dan budaya Islam.
Baca: Pesan Damai Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar dari UEA
Al-Tayeb mengepalai Komite Dialog Antar-Agama dan merupakan anggota Pusat Penelitian Al Azhar, asosiasi ulama tertinggi dalam Al Azhar.
Dia adalah pengkritik kelompok garis keras Islam, dengan mengatakan fokus pada ritual dan manifestasi luar dari kesalehan, seperti pakaian Islami dan janggut panjang, dengan mengorbankan perkembangan spiritual sejati.
Imam Besar Ahmed Al-Tayeb membuat geram para Islamis radikal karena pernah mengatakan pada sebuah konferensi Islam bahwa "logika dari segala sesuatu berubah", dan ketika dia mengatakan bahwa diperbolehkan bagi Muslim untuk menjual alkohol kepada non-Muslim di luar negeri di negara-negara non-Muslim.
Syeikh Al Tayeb juga menasehati negara tentang masalah agama. Syeikh Ahmed al-Tayeb mendukung almarhum Syeikh Tantawi untuk melarang niqab. Imam Besar Ahmed Al-Tayeb menentang kewajiban penggunaan niqab atau jilbab di dalam lembaga anak perempuan Al Azhar Mesir.