TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Mohammad Javad Zarif melepaskan jabatan sebagai Menteri Luar Negeri Iran mengejutkan publik internasional. Zarif dikenal atas peran pentingnya dalam mengunci kesepakatan nuklir Iran pada 2015.
Zarif mengumumkan pengunduran dirinya secara terbuka lewat akun Instagramnya pada Senin, 25 Februari 2019, waktu setempat. Dia hanya memohon maaf kepada masyarakat Iran atas keputusannya, tanpa merinci alasan pengunduran dirinya.
Dikutip dari edition.cnn.com, Selasa, 26 Februari 2019, Zarif dikenal sebagai arsitek kesepakatan nuklir Iran atau yang disebut Rencana Komprehensif Bersama. Kesepakatan ini disetujui pada 2015 antara Iran dengan negara-negara kekuatan dunia seperti Amerika Serikat dan Prancis.
Baca: Menteri Luar Negeri Iran Mengundurkan Diri, Inikah Alasannya?
Mohammad Javad Zarif melepaskan jabatan sebagai Menteri Luar Negeri Iran, Senin, 25 Februari 2019. Sumber: Tehran Times
Baca:Amerika Beri Sanksi Ekonomi, Ini Siasat Iran
Dalam kesepakatan itu, Iran bersedia mengurangi aktivitas nuklirnya dan sebagai imbalannya, sanksi ekonomi terhadap negara itu dilonggarkan. Namun di era pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan itu. Walhasil, Washington kembali memberlakukan sanksi.
Zarif dikenal baik di lingkaran negara-negara Barat. Dia meninggalkan Iran pada 1977 untuk melanjutkan kuliah di Amerika Serikat. Zarif menuntaskan pendidikan S1 di Universitas San Fransisco pada 1981 dan S2 di Universitas Denver pada 1984 serta pendidikan S3 di kampus yang sama. Dua anak Zarif bahkan diketahui lahir di Amerika Serikat.
Zarifdipercaya untuk duduk sebagai duta besar Iran untuk Amerika Serikat pada 2002 - 2007. Setelah tak menjadi dubes, Zarif ditunjuk menjadi kepala tim negosiator nuklir Iran.
Zarif, 59 tahun, menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Iran sejak 2013. Keputusannya untuk mundur mengundang banyak komentar.
"Jika Zarif akhirnya diganti, setidaknya hal ini memperlihatkan perang pemerintahan Trump terhadap kesepakatan nuklir internasional tak terhindarkan hingga menyebabkan korban politik di Iran," kata Trita Parsi, mantan presiden Dewan Nasional Iran-Amerika.
Parsi menyebut sebelum Zarif mengundurkan diri, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federika Mogherini juga mengundurkan diri. Mogherini dikenal salah satu tokoh pencetus kesepakatan nuklir Iran.
Dia mengatakan pengunduran diri Zarif bukan berarti kiamat bagi Iran. Zarif dapat diterima dengan baik oleh pemerintah dan kelompok keras negara itu sehingga posisinya di dalam negeri cukup kuat.