TEMPO.CO, Jakarta - Mohammad Javad Zarif mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri Iran, Senin, 25 Februari 2019. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Sayyed Abbas Moussawi mengkonfirmasi pengunduran diri Zarif tersebut.
"Dengan penuh hormat, saya memohon maaf karena tidak bisa lagi melayani dan menjalani seluruh kegiatan pelayanan pada masyarakat dalam waktu dekat. Tetap semangat," kata Zarif melalui akun Instagram.
Dalam pernyataan yang diterbitkannya itu, Zarif tidak menjelaskan alasan pengunduran dirinya. Dia hanya berterima kasih kepada masyarakat Iran dan otoritas negara Islam itu tanpa mengatakan penyebab pengunduran dirinya.
Baca: Menlu Iran Zarif Sambut Mekanisme Eropa untuk Hindari Sanksi AS
Anggota parlemen Iran menunjukkan kertas bergambar bendera AS yang akan dibakar, di Teheran, Iran, 9 Mei 2018. Presiden Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir yang secara resmi dikenal dengan Rencana Gabungan Aksi Komprehensif (JCPOA). AP Photo
Baca: Amerika Larang Luncurkan Satelit, Menlu Iran Sebut Lanjutkan
Masih belum diketahui pula apakah Presiden Iran, Hasan Rouhani menerima pengunduran dirinya. Kepala staf kepresidenan Iran menyangkal sejumlah laporan yang menyebut kalau pengunduran diri ini telah diterima oleh Presiden Iran.
Laporan media menyebut sebelum memutuskan mengundurkan diri Zarif diduga telah mengalami tekanan di dalam negerinya, khususnya dari kelompok-kelompok garis keras karena penarikan diri Amerika Serikat dari pakta kesepakatan nuklir internasional.
Dikutip dari edition.cnn.com, Selasa, 26 Februari 2019, sejumlah analis menilai pengunduran diri Zarif ini bisa menandai akhir upaya Iran membuat sebuah kebijakan luar negeri yang terkoneksi dengan negara-negara barat. Para analis juga melihat sikap permusuhan pemerintahan Trump terhadap kesepakatan nuklir Iran atau yang dikenal dengan sebutan Rencana Komprehensif Bersama, sebagai salah satu alasan pengunduran diri Zarif.
Dengan penarikan diri pemerintahan Trump dari kesepakatan tersebut, maka dampaknya Trump secara agresif menerapkan sanksi-sanksi ekonomi pada Iran. Sanksi telah membuat Negara Islam itu mengalami krisis ekonomi.