TEMPO.CO, Jakarta - Sekjen PBB Antonio Guterres meluncurkan kampanye global untuk memerangi ujaran kebencian yang sekarang tumbuh menjadi sebuah momok. Ujaran kebencian telah menjadi tantangan serius, sama seperti isu migrasi.
“Kebencian telah bergerak dengan cepat dalam sistem demokrasi liberal dan otoriter. Sejumlah partai politik dan para pemimpin mencontek ide-ide melalui jari-jari dan menjadikannya propaganda serta kampanye pemilu,” kata Guterres, dalam pidatonya di sidang rutin tahunan Dewan HAM PBB, di Jenewa, Swiss, Senin, 25 Februari 2019.
Baca: Divonis Bersalah Ujaran Kebencian, Begini Tanggapan Ahmad Dhani
Sekjen PBB Antonio Guterres bermain bersama anak-anak pengungsi korban gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah, Jumat, 12 Oktober 2018. REUTERS/Jorge Silva
Menurut Guterres, pemerintah di berbagai belahan dunia mulai khawatir rasis dan ujaran kebencian telah membuat suasana politik menjadi keruh. Prancis dan Jerman pada beberapa pekan terakhir bahkan telah memberikan sinyalemen kekhawatiran mereka atas bangkitnya anti-semitisme yakni sikap permusuhan atau prasangka terhadap suatu kaum.
Baca: Ahmad Dhani Divonis 1,5 Tahun Penjara Atas Kasus Ujaran Kebencian
“Kami telah melihat bagaimana debat pada mobilitas kemanusiaan telah diracuni oleh berita-berita bohong contohnya pada isu pengungsi, migrasi, terorisme dan mata-mata yang menimbulkan penyakit di banyak masyarakat,” kata Guterres seperti dikutip dari channelnewsasia.com, Senin, 25 Februari 2019.
Dalam kesempatan itu, Guterres pun mengutuk kampanye terselubung untuk menghancurkan program Global Compact untuk Migrasi. Dalam kampanye itu, Guterres melihat banyak kebohongan disebar mengenai lingkup dan sifat kesepakatan program itu. Untungnya, Guterres menyebut kampanye itu gagal.
Guterres meyakinkan dia bersama para diplomat veteran PBB lainnya akan menetapkan sebuah sistem strategi dan menghadirkan sebuah langkah nyata dalam memerangi ujaran kebencian.