TEMPO.CO, Jakarta - Venezuela dilaporkan kesulitan menjual minyaknya karena sanksi AS terhadap perusahaan minyak negara, yang dipicu krisis politik melanda negara Amerika Latin tersebut.
Persediaan minyak Venezuela membengkak ke level tertinggi selama lima tahun terakhir, sembari berjuang untuk menemukan pembeli minyaknya, menurut laporan Wall Street Journal, yang dikutip dari Russia Today, 23 Februari 2019.
Baca: AS Sanksi Minyak Venezuela, Harga Minyak Dunia Naik 2 Persen
Pada akhir Januari, AS memberlakukan sanksi pada PDVSA, perusahaan minyak negara Venezuela, untuk membantu mencegah pengalihan lebih lanjut aset Venezuela oleh Maduro dan menjaga aset ini untuk rakyat Venezuela.
"Jalan menuju bantuan sanksi untuk PdVSA adalah melalui transfer kontrol yang cepat kepada Presiden Sementara (Juan Guaido) atau pemerintah terpilih berikutnya yang demokratis," kata Menteri Keuangan AS, Steven T. Mnuchin.
Baca: Cina Jajaki Hubungan dengan oposisi Venezuela secara Informal
Sanksi AS memblokir semua pembayaran ke akun PDVSA, dan pembeli minyak mentah Venezuela diarahkan untuk menyetor pembayaran dalam akun terpisah, yang tidak dapat diakses oleh PDVSA.
Seorang lelaki berdiri dekat dengan kilang Cardon, milik perusahaan minyak negara Venezuela PDVSA di Punto Fijo, Venezuela 22 Juli 2016. [REUTERS]
Seminggu setelah sanksi AS diumumkan, orang-orang yang akrab dengan masalah ini mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa ekspor minyak Venezuela turun tajam sementara tangki penyimpanan minyak di negara itu semakin bertambah, karena rezim Nicolas Maduro sedang berjuang untuk menemukan pembeli baru untuk minyak Venezuela.
Sanksi AS tidak hanya memotong ekspor Venezuela ke Amerika Serikat, yang menjadi pasar utamanya sampai beberapa minggu yang lalu sebelum sanksi, tetapi juga melarang ekspor naphtha atau nafta (zat cair hidrokarbon) AS ke Venezuela, yang digunakan negara itu untuk mencairkan minyak beratnya yang tebal untuk membuatnya mengalir.
Baca: 3 Kondisi Memprihatinkan di Venezuela
Para analis memperkirakan bahwa kekurangan zat pengencer dapat mempercepat peningkatan dari bulan ini pada produksi, sementara ekspor minyak Venezuela yang terus menurun.
Pekan lalu, Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton memperingatkan negara-negara dan perusahaan-perusahaan agar tidak membeli minyak mentah dari Venezuela, setelah Menteri Perminyakan negara Amerika Latin Manuel Quevedo mengatakan dalam kunjungan mendadak ke India bahwa Venezuela ingin menjual lebih banyak minyak ke pasar India yang tumbuh cepat.
Menurut perusahaan riset dan konsultan energi Rystad Energy, dalam skenario terburuk, di mana status-quo terus berlanjut dan Venezuela tidak mampu mengimbangi dampak sanksi AS dan mengamankan pembiayaan baru, Venezuela akan mengalami penurunan produksi minyak mentah dengan tambahan 20 persen pada 2019, turun menjadi sekitar 800.000 barel per hari, sebelum turun menjadi 680.000 barel per hari pada tahun 2020.