TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi memuji potensi ekonomi yang belum dimanfaatkan di negara bagian Rakhine oleh para investor, di tengah konflik yang belum selesai di Rakhine.
Rakhine adalah hamparan luas tanah subur yang menutupi sisi barat Myanmar, dengan cadangan minyak dan gas lepas pantai dan garis pantai yang panjang, namun menjadi salah satu Myanmar termiskin di negara itu.
Rakhine diwarnai konflik etnis dan agama, terutama di wilayah utara bergolak yang paling dekat dengan Bangladesh.
Baca: Myanmar Bentuk Komite Lintas Partai Bahas Amendemen Konstitusi
Lebih dari 740.000 Muslim Rohingya melarikan diri melintasi perbatasan setelah tindakan keras tentara berdarah pada Agustus 2017.
Tentara sekarang juga memerangi pemberontak dari etnis minoritas Rakhine, yang beragama Budha.
Namun dalam sambutannya kepada perusahaan asing di forum investasi Rakhine Suu Kyi memberikan pandangan optimistik kepada investor.
"Banyak potensi negara masih belum dimanfaatkan," kata Suu Kyi di forum di pantai Ngapali di Rakhine, yang jauh di selatan daerah konflik, dikutip dari Channel News Asia, 22 Februari 2019.
Baca: Pertumbuhan Ekonomi Myanmar Melamban, Suu Kyi Bujuk Investor
Suu Kyi memaparkan potensi pariwisata, manufaktur dan khususnya sektor minyak dan gas sebagai salah satu aset negara Rakhine yang bersinar.
Forum ini dihadiri peserta dari India, Jepang, Korea, Thailand dan Cina. Cina sendiri sedang membangun pelabuhan besar di selatan Rakhine dan jaringan pipa melalui negara yang secara strategis penting.
Baca: Pemerintahan Aung San Suu Kyi Minta Militer Serang Arakan Army
Aung Suu Kyi menyalahkan komunitas internasional karena melihat secara sempit pada aspek negatif terkait masalah di bagian utara negara itu daripada potensi untuk mengangkat Rakhine melalui pembangunan.
Rakhine, kata Aung San Suu Kyi, penuh dengan peluang dan "orang-orang yang hangat dan ramah, semua ingin menjadi bagian dari bagian pembangunan."