TEMPO.CO, Warsawa – Sebuah kelompok advokasi korban pelecehan seksual di Polandia melaporkan 24 orang uskup di negara ke Paus Fransiskus di Vatikan. Mereka dituding menyembunyikan para imam pelaku pelecehan seksual anak-anak.
Baca:
Paus Janjikan Tindakan Kongkrit Atas Kasus Pelecehan Seksual Anak
Kelompok bernama “Have No Fear” menyusun laporan, yang diberikan kepada Paus Fransiskus di Vatikan. Paus yang sedang menggelar konferensi penanganan masalah pelecehan anak-anak oleh para imam, yang merebak di berbagai negara, sejak Kamis pekan ini.
“Meskipun media Polandia memberitakan kasus pelecehan seksual anak oleh para imam ini setiap hari, tapi para uskup masih tidak melakukan tindakan apapun soal masalah ini,” begitu pernyataan dalam laporan kelompok ini, yang telah diserahkan kepada Paus Fransiskus, seperti dilansir Reuters pada Kamis, 21 Februari 2019 waktu setempat.
Baca:
Laporan kelompok ini menyebutkan nama-nama para uskup yang dinilai bermasalah. “Mereka menyembunyikan nama para pelaku dan memindahkan para imam pedofil dari satu paroki ke paroki lain,” begitu bunyi laporan mereka.
Menanggapi laporan ini, seorang juru bicara Vatikan mengatakan,”Di gereja Katholik, setiap orang beriman bisa menyampaikan kasusnya kepada Bapa Suci. Tahta Suci lalu mendapat kesempatan mengevaluasi dan memverifikasi laporan kasus-kasus itu.” Juru bicara yang tidak diungkap identitasnya ini mengatakan gereja menolak dan mengutuk semua bentuk pelecehan seksual terhadap anak-anak di gereja dan di masyarakat secara umum.
Paus baru saja membuka konferensi yang bertujuan untuk menangani kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak dan orang dewasa yang rentan. Pertemuan empat hari ini diikuti oleh sekitar 200 orang perwakilan gereja dari berbagai negara termasuk para uskup.
Baca:
Menurut kelompok “Have No Fear”, beberapa tokoh gereja masih gagal melaporkan kasus kejahatan seks oleh para imam kepada otoritas hukum Polandia. Kelompok ini, yang dipimpin oleh Marek Lisinski, berharap laporan ini akan memicu pengunduran diri dari para pimpinan gereja Katholik di Polandia. Lisinski pernah menjadi korban pelecehan seksual.
Di Polandia, korban pelecehan seksual oleh pendeta sering dituding membuat tuduhan palsu meskipun pelaku telah lama dipenjara. Ini karena pastor Katholik menikmati status sosial yang tinggi.
“Kami menuntut arsip gereja di Polandia dibuka dan menyediakan semua informasi kepada otoritas hukum mengenai para pelaku karena gereja tidak boleh berada di atas hukum,” begitu pernyataan dari kelompok "Have No Fear" ini.
Baca:
CNN melansir ada sekitar 20 orang korban selama pelecehan seksual berkumpul di dekat Vatikan dan mendesak diterapkannya “toleransi nol” terhadap para imam yang melecehkan anak-anak dan para uskup yang menutup-nutupi kasus ini. Sebagian mereka melambaikan bendera dari negara masing-masing sambil terlihat menangis.
Seorang korban perempuan yang pernah mengalami pelecehan seksual oleh imam Katholik bercerita lewat rekaman video dalam konferensi yang dibuka Paus. CNN melansir perempuan ini mengalami pelecehan seksual sejak berusia 15 tahun.
“Ini berlangsung selama 13 tahun. Saya hamil tiga kali dan dia membuat saya melakukan aborsi tiga kali. Ini terjadi karena dia tidak mau menggunakan kondom atau alat kontrasepsi,” kata perempuan yang tidak disebutkan identitasnya. Imam itu, masih menurut perempuan ini, akan mempermalukannya dan memukulinya jika dia menolak melakukan hubungan seksual. “Saya merasa hidup saya hancur,” kata dia dalam forum yang dibuka Paus dan dihadiri uskup dari berbagai negara ini.