TEMPO.CO, Moskow – Bantuan obat-obatan dan peralatan medis dari Rusia telah tiba di Venezuela. Bantuan ini dikirimkan dalam naungan bantuan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
Baca:
“Pejabat Rusia tidak menyebutkan jumlah total bantuan dan isinya,” begitu dilansir Fox News mengutip media Rusia yaitu RIA-Novosti dan Tass pada Kamis, 21 Februari 2019.
Kedatangan bantuan Rusia ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, dan tokoh oposisi Juan Guaido, yang menobatkan dirinya sebagai Presiden interim Venezuela.
Maduro menolak pengiriman bantuan kemanusiaan oleh Amerika Serikat, yang dikumpulkan di perbatasan Cucuta, Kolombia, karena diduga bermuatan politis. Sedangkan Guaido meminta bantuan itu diizinkan masuk untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Baca:
Guaido Jemput Bantuan, Maduro Ancam Tutup Perbatasan
Kremlin mengkritik keras rencana Guaido untuk menjemput bantuan kemanusiaan dari AS. Itu disebut sebagai langkah pemicu terjadinya invasi militer AS ke Venezuela.
“Jika para pemberi bantuan ingin memberikan bantuan kemanusiaan kepada yang membutuhkan, kenapa tidak menggunakan lembaga di bawah naungan PBB, yang memiliki pengalaman luas dan berharga dalam melakukan operasi penyaluran bantuan,” kata Maria Zakharova, juru bicara kemenlu Rusia, dalam pernyataan pada 20 Februari 2019 seperti dilansir Hurriyet Daily News.
Baca:
Pentolan Band Pink Floyd Dukung Maduro, Kecam Konser Musik
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro (Kiri) dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Reuters.
Saat ini, seperti dilansir Reuters, rombongan bus Guaido dan 80 anggota parlemen oposisi sedang berjalan menuju perbatasan dekat Cucuta, Kolombia. Mereka sempat dicegat barikade militer dan hanya sebagian bus yang diizinkan lewat termasuk bus yang ditumpangi Guaido.
Baca:
Secara terpisah, Maduro mengatakan negaranya bukanlah pengemis dan tidak membutuhkan bantuan dari AS. Dia menuding AS melakukan kudeta dengan mendukung Guaido sebagai Presiden interim. Maduro, 56 tahun, mengatakan suplai obat-obatan dari Rusia sebanyak sekitar 300 ton telah tiba dan telah dibayar alias bukan bantuan kemanusiaan gratis.