TEMPO.CO, Paris – Ribuan orang berkumpul di seluruh penjuru Prancis memprotes munculnya berbagai serangan anti-Semit selama beberapa pekan terakhir ini terhadap warga Yahudi.
Baca:
Serangan anti-Semit terbaru berupa vandalisme pemakaman Yahudi dengan simbol swastika pada Selasa, 19 Februari 2019.
Sejumlah tokoh politik dari berbagai partai politik turun ke jalan di Place de la Republique, Paris, seperti bekas Presiden Francois Hollande, dan Nicolas Sarkozy. “Mereka meneriakkan slogan: cukup,” begitu dilansir NBC News dan Reuters pada Rabu, 20 Februari 2019 waktu setempat.
Warga juga turun ke jalan di kota Lille di sebelah utara dan Toulouse serta Marseille di selatan.
Baca:
Seperti diberitakan, sejumlah serangan anti-semit melanda Prancis dengan 96 kuburan di pemakaman Yahudi terkena vandalisme berupa coretan swastika.
Polisi masih mencari pelaku vandalisme ini. “Siapapun yang melakukan ini tidak layak menjadi warga Republik Prancis dan akan dihukum,” kata Presiden Emmanuel Macron, yang datang ke lokasi pemakaman, seperti dilansir Reuters, Selasa, 19 Februari 2019 waktu setempat. “Kita akan mengambil tindakan. Kita akan menerapkan hukum dan akan menghukum mereka.”
Politikus dari berbagai partai politik akan melakukan pawai menolak gerakan anti-Semit di Prancis pada Selasa sore waktu setempat, termasuk di ibu kota Paris. Macron juga akan mengunjungi monumen peringatan Holozaust bersama pimpinan parlemen.
Baca:
Prancis merupakan negara Eropa dengan komunitas Yahudi terbanyak yaitu sekitar 550 ribu orang. Jumlah ini meningkat sekitar 50 persen sejak Perang Dunia II. Namun, serangan anti-Semit tetap kerap terjadi hingga kini. Paa 2018, ada 500 kali serangan anti-Semit atau meningkat 74 persen dibandingkan pada 2017.
Selain vandalisme di kuburan Yahudi, ada juga bentuk-bentuk serangan anti-Semit lainnya. Misalnya perusakan pohon yang ditanam untuk memperingati Ilan Halimi, yang merupakan seorang pria muda Yahudi. Halimi diculik dan disiksa hingga tewas pada 2006. Pohon itu terbelah dua.
Lalu ada penyemprotan toko kue bagel di Paris dengan tulisan kuning “Juden”, yang merupakan bahasa Jerman untuk Yahudi. Foto Simone Veil, yang merupakan seorang warga selamat dari Holocaust, yang digambari simbol swastika.
Baca:
Pada Sabtu pekan lalu, sekelompok pemrotes pemakai rompi kuning mengganggu Alain Finkielkraut, yang merupakan penulis terkenal dan putra dari seorang korban selamat Holocaust. Saat itu, Finkelkraut sedang berjalan di sebuah kawasan pemukiman di Paris. Para pengganggunya memanggil dengan sebutan ‘kotoran Zionis’ dan menyuruhnya untuk pulang ke Tel Aviv. Saah satu pelaku adalah seorang Muslim, yang masuk dalam daftar pengawasan.
Warga Prancis berkumpul di lapangan Place de la Republique, Paris, memprotes maraknya muncul serangan anti-semit terhadap warga Yahudi pada Selasa, 19 Februari 2019. Seorang warga membawa tulisan berbunyi: Anti-semit, Islamofobia, Rasisme - Tidak Atas Nama Kami. Reuters
Sebagian pengritik menyebut munculnya anti-semit ini sebagai dampak dari hasutan penceramah ajaran Islam dan tidak terasosiasi dengan ideologi Nazi atau kelompok kiri.
Pengritik lain menyebut anti-Semit ini muncul dari kritik kelompok kiri dan gerakan anti-Zionisme, yang menolak pendirian Israel sebagai negara bangsa Yahudi. Ini berkembang menjadi kebencian terhadap Yahudi.
Kepala Crif, yang merupakan organisasi payung mewakili komunitas Yahudi di Prancis, Francis Kalifat, mengatakan gerakan anti-Zionirme sebaiknya dianggap sebagai gerakan anti-Semit.
Baca:
“Jika Anda ingin melakukan perlawanan efektif terhadap anti-Semit, Anda perlu melawan semua jenis bentuknya,” kata Kalifat. “Tidak cukup melawan anti-Semit dari kelompok ekstrim kanan atau ekstrim kiri atau kelompok Islam. Kita perlu melawan semua bentuk dan itu yang kami tunggu dari para pemimpin politik.”
Sedangkan kelompok kiri jauh Prancis, Jean-Luc Melenchon, membela gerakan rompi kuning dari tuduhan melakukan serangan anti-Semit terkait gangguan kepada Finkielkraut.
Melenchon, yang memimpin Partai La France Insoumise, mendapat rompi kuning mengkritik politisasi anti-Semit. Dia mengatakan semua orang dari berbagai aliran politik harus menolak semua bentuk rasisme dan kebencian.
“Tidak, gerakan rompi kuning tidak layak tercemar akibat tindakan menjijikkan ini,” kata dia. “Tidak, gerakan rompi kuning bukan gerakan rasis. Tidak, gerakan rompi kuning bukan gerakan anti-Semit.”
Parlemen Prancis membahas apakah anti-Zionisme sebaiknya diklasifikasikan sebagai bentuk anti-Semit. Posisi ini ditolak oleh Presiden Macron.
“Mereka yang ingin Israel hilang hari ini adalah mereka yang menyerang Yahudi,” kata Macron. “Namun, saya pikir ketika Anda masuk ke dalam detail, kecaman terhadap anti-Zionisme menciptakan masalah baru.”
Menteri Imigrasi Israel mencuit agar warga Yahudi di Prancis pindah ke Israel, yang telah menjadi rumah bagi sekitar 200 ribu warga Yahudi asal Prancis.