TEMPO.CO, Vatican City – Vatikan bakal mengumpulkan uskup senior dari berbagai negara pada pekan ini untuk mengikuti konferensi mengenai pelecehan seksual dan cara penanganannya.
Baca:
Masalah ini telah menjadi pemberitaan media global dan merusak kredibilitas dari gereja. Sebagian kritik menyebut upaya ini telah terlambat.
“Saya sangat meyakini kredibilitas kami menjadi taruhannya,” kata Federico Lombardi, yang merupakan imam dan ditunjuk Paus Fransiskus untuk menjadi moderator dalam pertemuan ini, seperti dilansir Reuters pada Senin, 18 Februari 2019 waktu setempat.
Pertemuan empat hari ini berlangsung mulai Kamis pekan ini, yang akan dihadiri pimpinan konferensi uskup Katholik Roma, pejabat Vatikan, ahli dan pimpinan lelaki dan perempuan dari orde religius. Sejumlah kasus pelecehan seksual terungkap terjadi di Amerika Serikat, Cile, Australia dan Jerman.
Baca Juga:
Baca:
Imam Lombardi melanjutkan,”Kami harus menyelesaikan akar masalah dan menunjukkan kemampuan untuk menyembuhkan dan sebagai gereja yang menjadi guru. Dan akan baik bagi kami untuk memulai pekerjaan ini.”
Konferensi ini mengambil tema “Pencegahan pelecehan seksual anak-anak dan dewasa yang rentan”. Ini gelar pada saat sekitar 1.3 miliar anggota gereja masih berjuang untuk mengupayakan langkah terkoordinasi dan global mengatasi krisis, yang telah berusia dua dekade lebih.
Lombardi, 71 tahun, mengatakan uskup yang datang termasuk dari AS, yang telah mengembangkan protokol untuk mencegah pelecehan seksual dan mengivestigasi tuduhan terhadap anggota imam.
Baca:
Para uskup akan berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan yang berasal dari negara berkembang termasuk yang kulturnya sulit untuk mendiskusikan soal pelecehan seksual seperti ini.
Menurut Euro News, Paus menyebut masalah ini sebagai sebagai ‘tantangan mendesak pada era kita’. “Saya mengundang Anda untuk berdoa bagi pertemuan ini.”
Selama ini, pihak gereja kerap mendapat kritik mengenai cara penanganan krisis pelecehan seksual. Ini karena para pastor predator ini hanya dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain dan bukannya dikeluarkan atau diserahkan kepada otoritas sipil agar di proses di seluruh dunia. Mayoritas kejahatan yang terungkap terjadi pada dekade lalu.
Baca:
Paus menggelar pertemuan ini setelah mendapat masukan dari penasehat terdekat. Dia juga mengatakan kepada media pada bulan lalu bahwa ini diperlukan karena sejumlah uskup masih tidak tahu cara penanganan untuk melindungi generasi muda dan menangani kasus pelecehan seksual ini.
Beberapa ahli mempertanyakan mengapa langkah ini begitu lama baru dilakukan.
“Fakta bahwa ini masih terjadi pada 2019, bahwa masih ada peningkatan kesadaran yang harus dilakukan (diantara uskup) menunjukkan ini menjadi prioritas rendah selama ini bagi Vatikan,” kata Anne Barrett-Doyle, yang merupakan aktivis pelacak pelecehan seksual dari kelompok bishopaccountability.org. “Saya harap dia mau mengakui bahwa ini sangat memalukan dan itulah posisi kita hari ini.” Barrett-Doyle berbicara soal ini di lapangan St. Peter.
Penulis buku ‘Francis Among the Wolves’, Marco Politi, seperti dilansir Euro News, mengatakan Paus menghadapi oposisi serius di dalam gereja. “Ada pertarungan yang sedang terjadi antara Paus dan para pendukungnya yang menginginkan perubahan, dan banyak orang diantara uskup dan imam yang tidak menginginkan transparansi dan penerapan hukum dan ketertiban terkait isu pelecehan seksual yang terjadi di dunia ini.”