TEMPO.CO, Sydney – Pemerintah Australia mengatakan sekelompok pelaku peretas canggih dukungan negara telah meretas partai politik utama dan parlemen beberapa pekan sebelum digelarnya pemilu, yang berlangsung ketat.
Baca:
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan kepada para anggota parlemen bahwa petugas dari lembaga keamanan yang mengecek kasus peretasan ini menyadari jaringan komputer tiga partai di sana juga terdampak yaitu Partai Liberal, Partai Buruh dan Partai Nationals.
“Ahli siber kami meyakini aktor level negara yang canggih terlibat dalam aktivitas jahat ini,” kata Morrison tanpa menyebut nama negara tertentu seperti dilansir Channel News Asia pada Senin, 18 Februari 2019.
Seperti dilansir sebelumnya, otoritas negeri Kangguru menyebut adanya insiden keamanan siber terjadi di jaringan komputer parlemen. Ini memaksa Perdana Menteri dan sejumlah menteri mengubah password dan mengambil langkah pengamanan.
Baca:
Direktorat Sinyal Australia atau Australian Signals Directorate mengkonfirmasi telah bekerja sama dengan parlemen untuk merespon serangan siber ini. Ini menimbulkan dugaan serangan canggih itu melibatkan pelaku yang didukung negara.
Media Sydney Morning Herald melansir pernyataan Morrison itu bakal,”Meningkatkan spekulasi bahwa Cina berada di balik serangan itu.” Menurut media ini, Morrison juga mengatakan belum ada bukti upaya interfensi pemilu.
Baca:
Sumber media ini di jajaran pemerintah Australia menyebut serangan siber itu sangat canggih dan belum pernah terdeteksi sebelumnya. Serangan ini meninggalkan jejak ala serangan peretas Cina. Namun, para ahli merasa khawatir ada negara lain yang mereplikasi pola serangan canggih ini untuk menyalahkan Cina.