TEMPO.CO, Jakarta - Bom bunuh diri menewaskan sedikitnya 27 anggota Garda Revolusi Iran dan melukai 13 lainnya pada Rabu di wilayah tenggara Iran.
Korps Garda Revolusi Iran, seperti dikutip dari New York Times, 14 Februari 2019, menyalahkan AS atas serangan itu. Serangan sendiri tak lama terjadi dalam pekan perayaan 40 tahun peringatan Revolusi Islam Iran yang menggulingkan Shah dukungan Amerika pada 1979. Ini adalah serangan terburuk terhadap militer pada tahun ini.
Baca: Jenderal Garda Revolusi Iran Mendadak Tewas
Pada September 2018, pria bersenjata menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai 60 lainnya dalam serangan terhadap parade militer di Ahvaz, di barat daya Iran, tempat separatis Arab aktif. Para korban adalah campuran dari anggota Garda Revolusi dan penonton sipil.
Tentara Garda Revolusi Iran.[Sputniknews]
Meskipun korps elit Iran tersebut menyalahkan AS, namun tidak memaparkan lebih jauh bagaimana AS terlibat dalam serangan. Namun pejabat Iran yakin serangan bukan kebetulan terjadi ketika pemerintahan Trump menggelar pertemuan dengan delegasi Timur Tengah pesaing Iran, Arab Saudi dan Israel di Polandia.
Baca: Garda Revolusi Iran Ancam Balas Serangan Parade Militer
Jumlah korban pasti belum pasti. Kantor Berita Islamic Republic News Agency, IRNA, melaporkan korban tewas berjumlah 20 dan 20 lain luka. Sementara media Fars melaporkan 27 tewas dan 13 luka.
Insiden terjadi ketika bus yang mengangkut anggota korps Garda Revolusi diserang pembom bunuh diri di Chanali, rute Khash-Zahedan.
Baca: Begini Cara Garda Revolusi Iran Hasilkan Uang
Pernyataan dari korps Garda Revolusi Iran mengatakan "bus membawa tentara-tentara Islam yang kembali dari wilayah tersebut ke kota mereka setelah misi di perbatasan."
Reuters melaporkan kelompok militan Sunni yang beroperasi di tenggara Iran, Jaish al Adl, mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap Garda Revolusi Iran.