TEMPO.CO, Washington – Komandan tertinggi militer Amerika Serikat di Asia mengatakan rezim Kim Jong Un di Korea Utara kemungkinan tidak akan menyerahkan semua senjata nuklir seperti yang dijanjikan.
Baca:
Kepala Komando Indo-Pacific, Laksamana Philip Davidson, mengatakan ini dalam testimoni tertulis kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat.
“Penilaian USINDOPACOM mengenai denuklirisasi Korea Utara konsisten dengan posisi Komunitas Intelijen. Yaitu, kami pikir ada kemungkinan Korea Utara tidak akan menyerahkan semua senjata nuklir atau kemampuan produksinya. Tapi negara itu akan mencoba menegosiasikan denuklirisasi sebagian dengan imbalan konsesi dari AS dan dunia internasional,” kata Davidson seperti dilansir Channel New Asia dan Reuters pada Rabu, 13 Februari 2019.
Baca:
Davidson mengatakan ketegangan di Semenanjung Korea mereda sejak penghentian uji coba rudal balistik berhulu ledak nuklir pada 2017. Korea Utara juga sudah menghancurkan lorong situs uji coba nuklir. Namun, semua tindakan ini bisa dibalik. “Banyak yang harus dilakukan agar ada kemajuan yang berarti,” kata Davidson.
Pernyataan Davidson ini sejalan dengan pernyataan dari Direktur Intelijen Nasional, Dan Coats, kepada kongres bahwa ada kemungkinan Korea Utara tidak akan menyerahkan semua senjata nuklirnya. Kim Jong Un juga disebut terus melanjutkan aktivitas yang inkonsisten dengan pernyataannya untuk denuklirisasi.
Baca:
Meski begitu, Davidson mengaku optimistis dengan pelaksanaan pertemuan puncak Trump dan Kim pada 27 – 28 Februari 2019 di Hanoi, Vietnam. Trump bakal bertemu lagi dengan Kim dan mengaku optimistis. Pertemuan pertama Trump dan Kim adalah pada Juni 2018 di Singapura, yang menghasilkan kesepakatan umum untuk denuklirisasi.
Kim Jong Un dan Donald Trump sesaat akan menandatangani dokumen kesepakatan hasil pertemuan puncak mereka di Singapura,12 Juni 2018.
Trump memuji Kim menjelang pertemuan puncak kedua dengan mengatakan Kim akan membuat Korea Utara menjadi negara yang maju dan makmur. Trump menyebut Korea Utara akan menjadi negara Roket Ekonomi, lewat cuitan di Twitter pada pekan lalu.
Secara terpisah, laporan dari lembaga monitor sanksi Perserikatan Bangsa – Bangsa atau PBB menyatakan keraguan akan niat dari Pyongyang.
“Pyongyang menggunakan fasilitas sipil termasuk bandara untuk perakitan rudal balistik dan pengetesan dengan tujuan secara efektif mencegah serangan dan merakit sebagian kecil rudal nuklir dan lokasi manufaktur,” begitu bunyi PBB.
Baca:
Soal ini, Gedung Putih menolak menanggapi pernyataan Davidson. Sedangkan kemenlu AS mengatakan optimis akan komitmen Kim untuk melanjutkan denuklirisasi.
Baca:
Dalam penjelasan kepada Senat AS, seperti dilansir CNN, komandan tertinggi militer AS untuk Semenanjung Korea, Jenderal Robert Abrams, mengatakan nyaris tidak ada perubahan yang bisa diverifikasi di Korea Utara mengenai kemampuan militernya. “Kemampuan konvensional dan asimetris Korea Utara terus membuat AS dan sekutu beresiko sehingga militer AS harus terus siaga untuk menangkal semua kemungkinan tindakan agresi,” kata Abrams.