TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus mendesak pemerintah di dunia mengambil tindakan tegas melawan bisnis perdagangan manusia yang nilainya mencapai US$ 150 miliar atau Rp 2,1 triliun setiap tahun, dan jutaan orang menderita sebagai budak.
"Saya mengimbau, khususnya kepada pemerintah, agar penyebab momok ini dihadapi secara tegas dan para korban dilindungi," kata Paus di hadapan puluhan ribu orang yang berkumpul untuk berdoa bersama di halaman Gereja Santo Petrus, seperti dikutip dari Reuters, Minggu, 10 Februari 2019.
Baca: Tiga Ucapan Tegas Paus Fransiskus Membela Imigran Masuk Eropa
Menurut Walk Free Foundation dalam laporannya bertajuk Indeks Perbudakan Global tahun 2016, sekitar 45,8 juta orang diperkirkan hidup dalam perbudakan di seluruh dunia.
Sementara imigran menjadi isu dominan dan sangat dipolitisasi di Eropa. Lebih dari 1 juta pencari suaka tiba di Eropa tahun 2015. Banyak imigran tiba melalui pelaku perdagangan manusia.
"Kita semua harus melakukan lebih banyak lagi dan membantu dengan melaporkan kasus=kasus eksploitasi dan perbudakan laki-laki, perempuan, dan anak-anak," kata Paus Fransiskus.
Baca: Soal Imigran, Paus Sebut Rasa Takut Membuat Orang Jadi Gila
Setiap tanggal 8 Februari, Gereja Katolik memperingati hari kesadaran perdagangan manusia. Tanggal ini memperingati Santo Josephine Bakhita yang lahir di Sudan tahun 1869. Bakhita dijual menjadi budak semasa kecil oleh para penculiknya. Setelah ia dibebaskan, dia masuk satu ordo biarawati di utara Italia, dan meninggal pada 1947.