TEMPO.CO, Suriah – Pasukan milisi Kurdi, yang tergabung dalam pasukan Demokratik Suriah SDF dukungan Amerika Serikat, menguasai 41 titik di basis terakhir ISIS di kawasan timur Suriah sejak memulai serangan pada Sabtu sore, 9 Februari 2019.
Baca:
Serangan SDF ini mencoba membersihkan sisa dari kelompok teroris ISIS, yang awalnya menyebar di kawasan timur dan utara Suriah.
Basis terakhir kelompok ISIS ini terletak dekat perbatasan Irak dan terdiri dari dua desa.
“Pertempuran berlangsung sengit karena kelompok teroris mencoba mempertahankan pertahanan terakhirnya,” kata Mustafa Bali, yang merupakan kepala media SDF, kepada Reuters pada Ahad, 10 Februari 2019.
Presiden AS, Donald Trump, berencana mengumumkan secara formal pada pekan ini bahwa pasukan koalisi berhasil menguasai semua wilayah yang awalnya sempat dikuasai ISIS di Suriah dan Irak.
Baca:
Trump telah mengumumkan pada Desember 2018 akan menarik pasukan dari Suriah dan Afganistan setelah menyatakan menang melawan ISIS. Trump juga sempat meminta Turki untuk mengejar sisa pasukan ISIS.
Menurut Bali, ada 400 – 600 anggota ISIS bersembunyi di basis terakhirnya itu.
Juga diperkirakan ada 500 – 1000 warga sipil di kedua desa ini. Sebelumnya, sekitar 20 ribu warga sipil telah dievakuasi dalam 10 hari terakhir menjelang dimulainya penyerangan pada Sabtu.
Baca:
“Jika kita dapat mengeluarkan sisa warga sipil atau mengisolasi mereka, saya yakin dalam beberapa hari kita akan menyaksikan akhir militer dari kelompok teroris di wilayah ini,” kata Bali.
Pejabat senior SDF, Redur Xelil, mengatakan pasukan akan berhasil menguasai penuh basis terakhir ISIS pada akhir Februari 2019. Namun, ISIS tetap dilihat sebagai masalah dan ancaman.
Kelompok ISIS ini sempat menguasai wilayah yang cukup luas pada 2014 dan menyatakan kekalifahan di area Suriah dan Irak. Namun, dua basis terbesarnya di Raqqa, Suriah, dan Mosul Irak, berhasil dikuasai pada 2017.
AS menggunakan pasukan milisi Unit Perlindungan Rakyat miliki etnis Kurdi, yang menjadi motor penggerak SDF.
Baca:
Komandan top AS di Timur Tengah, Joseph Votel, mengatakan ISIS masih menjadi ancaman. Namun, wilayah yang dikuasai telah menyusut dari awalnya 88 ribu kilometer persegi menjadi hanya 52 kilometer persegi. Seperti dilansir Aljazeera, Votel mengatakan jumlah pasukannya saat ini sekitar 1000 – 1500 orang. Mereka berkeliaran di Lembah Sungai Eufrat. Mayoritas anggota ISIS telah menyebar dan menghilang.