TEMPO.CO, Caracas – Pemerintah Venezuela pimpinan Presiden Nicolas Maduro mencoba memperkuat kinerja ekonomi lewat penambangan emas tradisional di sisi selatan negara itu.
Baca:
Ada sekitar 300 ribu penambang tradisional mencari emas di kawasan hutan belantara ini.
Pemerintahan Maduro telah membeli sekitar 17 ton emas sejak 2016 dari penambangan di kawasan ini. Nilainya diperkirakan mencapai sekitar US$650 juta atau sekitar Rp9 triliun.
Baca:
Pemerintah membayar emas ini dengan uang kertas yang nyaris tidak memiliki daya beli. “Pemerintah lalu membeli barang impor seperti makanan dan obat, yang sangat dibutuhkan, lalu membayarnya dengan emas,” begitu dilansir Reuters pada Ahad, 10 Februari 2019.
Pemerintah AS mencoba menerapkan sanksi dan intimidasi untuk menghentikan Maduro menggunakan cadangan emas agar tetap bisa bertahan.
Misalnya, AS menekan Inggris agar tidak melepaskan cadangan emas Venezuela senilai US$1.2 miliar atau sekitar Rp17 triliun, yang disimpang di Bank of England.
Baca:
Pejabat AS juga baru-baru ini memperingatkan perusahaan investasi berbasis di Abu Dhabi agar tidak membeli emas Venezuela. Pembeli dari negara lain juga diperingatkan agar mundur.
Reuters menelusuri proses penambangan emas, penyimpanannya di bank sentral Venezuela, lalu perusahaan pemurnian emas dan perusahaan ekspor makanan di luar negeri.
“Nyaris semuanya meminta identitasnya dirahasiakan karena mereka tidak memiliki otoritas bicara ke publik dan khawatir ada balasan dari pemerintah Venezuela dan AS,” begitu dilansir Reuters.
Baca:
Maduro mengandalkan penambangan emas tradisional ini untuk menambal pemasukan negara yang terganggu akibat sanksi AS di sektor minyak. Sanksi itu membuat Venezuela kesulitan meminjam uang ke pasar uang internasional.
Salah satu penambang liar emas ini bernama Jose Aular, yang mengaku telah saki malaria lima kali karena menambang di dekat perbatasan Venezuela dan Brasil. Dia bekerja 12 jam sehari mengangkut tanah yang mengandung emas ke sebuah tempat pengolahan emas kecil, yang menggunakan zat merkuri beracun untuk mengekstrak emas.
“Pemerintah tahu apa yang terjadi di tambang emas ini dan mendapat manfaat. Emas yang kami tambang jatuh ke tangan mereka,” kata Aular.
Krisis ekonomi di Venezuela memicu terjadinya krisis politik setelah oposisi menolak pemerintahan Presiden Maduro untuk periode kedua, yang dilantik pada 10 Januari 2019. Seperti dilansir Express, rakyat Venezuela dengan dipimpin tokoh oposisi Juan Guaido, turun ke jalan meminta Maduro agar mundur menjelang akhir Januari 2019.
Guaido mendeklarasikan diri sebagai Presiden interim lalu menjanjikan akan menggelar pemilu baru Venezuela secepatnya. Guaido mendapat dukungan dari AS, Uni Eropa, dan mayoritas negara di Amerika Latin. Sedangkan Maduro mendapat dukungan dari Cina, Rusia, Meksiko, Turki dan Kuba.