TEMPO.CO, Jakarta - Putri Ubolratana Rajakanya yang mencalonkan diri sebagai perdana menteri ditentang oleh raja Thailand.
Putri Ubolratana Rajakanya mengucapkan terima kasih kepada pendukungnya, namun tidak membahas keterangan mengenai pencalonannya.
Dikutip dari Reuters, 9 Februari 2019, dalam sebuah unggahan Instagram pada hari Sabtu, sang putri tidak secara langsung menyebutkan saudara laki-lakinya atau harapan politiknya, tetapi berterima kasih kepada para pendukung karena "cinta dan kebaikan terhadap satu sama lain selama satu hari terakhir" dan menyatakan terima kasih atas dukungan mereka untuknya.
Baca: Pemilu Thailand, Putri Raja Jadi Kandidat Perdana Menteri
"Saya ingin mengatakan sekali lagi bahwa saya ingin melihat Thailand bergerak maju, dikagumi dan diterima oleh negara-negara internasional, ingin melihat semua orang Thailand memiliki hak, kesempatan, kehidupan yang baik, kebahagiaan bagi semua orang," tulisnya menambahkan tagar "#ILoveYou".
Ubolratana Rajakanya Sirivadhana Barnavadi, 67 tahun, mengejutkan warga Thailand setelah mengumumkan pencalonan dirinya sebagai perdana menteri untuk partai populis yang setia kepada mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra, dalam pemilihan 24 Maret mendatang, dikutip dari Reuters, 9 Februari 2019.
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun berdiri dengan membawa jubah safron dalam upacara keagamaan Kathin di Wat Debsirindrawas, Bangkok, Thailand, 16 Oktober 2017. Upacara keagamaan ini digelar untuk memberikan jubah baru bagi para biksu Buddha. Bureau of the Royal Household via AP
Namun tekadnya untuk masuk politik melanggar tradisi kerajaan, dan ini ditentang oleh adiknya, Raja Maha Vajiralongkorn, yang mengindikasikan akan mendiskualifikasi dirinya jika maju.
Komisi Pemilihan, yang mengawasi pemilihan pertama sejak kudeta militer 2014 yang menggulingkan pemerintah pro-Thaksin, mengatakan akan mengeluarkan keputusan tentang masalah itu pada hari Senin.
Pencalonan anggota keluarga kerajaan oleh pasukan pro Thaksin adalah langkah berani, yang berpotensi melemahkan musuh keras kerajaan Thaksin, dan membuat pertarungan pemilihan dengan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, yang memimpin kudeta 2014 dan memimpin pemerintahan militer.
Baca: Putri Ubolratana Rajakanya, Alumni MIT dan Menikahi Pria AS
Tetapi teguran cepat Raja Vajiralongkorn atas niat saudarinya dapat menjadi bumerang bagi pasukan pro Thaksin, yang dapat menghadapi pembalasan jika dinilai oleh otoritas pemilihan untuk mencoba secara ilegal menggunakan koneksi kerajaan.
"Peristiwa Jumat sangat mengejutkan dan membuat orang memikirkan kembali penilaian dan perspektif mereka dan lintasan politik masa depan negara itu," kata Jay Harriman, direktur senior di BowerGroupAsia, sebuah konsultan urusan pemerintah.
“Monarki memiliki status semi-ilahi di Thailand. Penampilan dan pernyataan publik sering kali berkaitan dengan tugas atau peristiwa kerajaan," tambahnya.
Partai Raksa Chart Thailand, yang mencalonkan Ubolratana sebagai kandidatnya sebagai perdana menteri, mengatakan pihaknya menerima pernyataan raja dan akan mematuhi peraturan pemilihan dan tradisi kerajaan.
Baca: Pemilu Thailand, Jenderal Prayut Jadi Kandidat Perdana Menteri
Raja Vajiralongkorn, 66, mengeluarkan pesannya pada Jumat malam, mengatakan pencalonan perdana menteri Putri Ubolratana Rajakanya "tidak tepat" dan itu bertentangan dengan semangat konstitusi di mana kerajaan Thailand tidak terlibat dalam politik.