TEMPO.CO, Washington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bertekad untuk melanjutkan pembangunan tembok dalam pidato State of the Union di hadapan anggota DPR dan Senat. Pembangunan tembok ini menjadi sumber konflik politik dengan Partai Demokrat.
Baca:
Trump juga menuding Partai Demokrat mendukung investigasi bersifat partisan yang konyol dan bisa merusak kesejahteraan AS.
Trump berpidato selama 82 menit mengenai prioritas kebijakan politik tanpa menyajikan kebijakan detil yang akan dilakukan.
“Di masa lalu, mayoritas orang di ruangan ini voting untuk pembangunan tembok tapi tembok itu tidak juga dibangun. Saya akan membangunnya,” kata Trump di hadapan sidang gabungan anggota DPR dan Senat AS dari Partai Demokrat dan Partai Republik seperti dilansir Reuters pada Selasa, 5 Februari 2019.
Baca:
Ketua Fraksi Partai Demokrat, Nancy Pelosi, yang kerap berseberangan dengan Trump soal sejumlah isu termasuk pembangunan tembok, terlihat duduk di jajaran kursi di belakang Trump memperhatikan dengan serius.
Selama ini, Partai Demokrat menolak menyetujui anggaran pembangunan tembok sebesar US$5.7 miliar atau sekitar Rp80 triliun, yang diminta Trump untuk tahun anggaran 2019. Demokrat menyebut pembangunan tembok sebagai membuang uang dan tidak efektif.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berpidato State of the Union di hadapan sesi gabungan Kongres pada Selasa, 5 Februari 2019. Reuters
Saat Trump sedang berpidato, anggota DPR dari Demokrat, Pramila Jayapal, mencuit di akun Twitternya mengatakan,”Perbatasan jadi lebih aman dari sebelumnya. Cukup.”
Baca:
Trump juga menuding Partai Demokrat berusaha menginvestigasi pemerintahannya termasuk mengenai keterlibatan AS dalam sejumlah perang bisa membahayakan perekonomian AS.
“Keajaiban ekonomi sedang terjadi di AS dan satu hal yang dapat menghentikannya adalah perang bodoh, politik, atau investigasi partisan yang konyol,” kata Trump.
Pernyataan Trump ini terjadi saat Demokrat baru saja memenangkan pemilu sela pada Desember 2018 sehingga menguasai mayoritas kursi di DPR. Sedangkan Senat dikuasai Republik.
Demokrat mendukung investigasi oleh penasehat khusus, Robert S. Mueller, yang pernah menjabat sebagai direktur FBI. Mueller menginvestigasi kemungkinan adanya campur tangan Rusia pada pilpres AS 2016, yang dimenangkan Trump. Rusia membantah tudingan mengintervensi pilpres AS. Trump mendukung pernyataan Rusia ini.
Baca:
Anggota DPR Demokrat, Val Demings, menyebut pernyataan Trump soal investigasi itu sebagai hal memalukan. Menurut dia, investigasi itu akan terus berlanjut. “Kami tidak akan berhenti,” kata dia.
Ibu negara Melania Trump bertepuk tangan dengan penyintas kanker Grace Eline ketika dia disebutkan oleh Presiden AS Donald Trump dalam pidato kenegaraannya sesi kedua di acara State of the Union di US Capitol di Washington, AS, 5 Februari 2019. Gadis cilik periang, Grace Eline, tidak mau menerima hadiah-hadiah ulang tahunnya. Ia selalu meminta hadiah berupa donasi ke lembaga-lembaga amal. REUTERS/Jonathan Ernst
Trump juga menyebut sejumlah pencapaian pemerintahannya seperti angka pengangguran menjadi terendah dalam lima dekade terakhir, dan pekerjaan manufaktur naik. Namun, Reuters melansir, pidato Trump minim inisiatif baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, yang terlihat mulai kehilangan momentum pertumbuhan pada 2019.
Ini membuat pasar keuangan terlihat landai selama Trump berpidato. “Pidatonya tidak spesifik,” kata Tim Ghriskey, kepala strategi investasi di Inverness Counsel di New York.
CNN melansir Trump membuat pernyataan unik yang bakal menjadi kutipan banyak kalangan. “Jika ingin ada perdamaian dan legislasi, tidak bisa ada perang dan investigasi. Itu tidak bakal berhasil,” kata Trump. CNN menyebut Trump seakan ingin mengatakan jika negara ingin sejahtera maka tidak boleh ada investigasi terhadap Presiden.
USA Today melansir Trump menyebut jumlah perempuan di Kongres saat ini terbanyak dalam sejarah. Ucapan Trump ini mendapat tepuk tangan berdiri dari para anggota Kongres perempuan, yang bersepakat mengenakan pakaian berwarna putih. Jumlahnya mencapai 102 orang atau 23.4 persen. Mereka berasal dari 46 negara bagian dari total 50 negara bagian di AS.