TEMPO.CO, Jakarta - Mantan wali kota San Salvador, ibu kota El Salvador, Nayib Bukele meraih suara terbanyak dalam pemilihan presiden atau pilpres, yakni mendekati 54 persen. Ini artinya Bukelet mengalahkan kandidat dari dua partai yang berkuasa selama 30 tahun.
Bukele, 37 tahun memenangkan pilpres El Salvador hanya dalam satu putaran. Ia maju pilpres dengan didukung partai kecil, GANA yang berhaluan kanan.
Baca: Mantan Gerilyawan Jadi Presiden El Salvador
Menurut laporan Reuters, kemenangan Bukele mengakhiri sistem dua partai yang membuat negara di Amerika Tengah itu diguncang kekerasan selama tiga dekade.
Meski pengumuman resmi tentang hasil pilpres belum diumumkan, namun Bukele telah mendeklarasikan dirinya sebagai pemenang pilpres.
"Kami dapat mengumumkan dengan penuh kepastian bahwa kami memenangkan pilpres El Salvador di tahap pertama. Kita membuat sejarah," kata Bukele di hadapan para pendukungnya yang merayakang kemenangan itu di Morazan Plaza di pusat kota San Salvador pada Minggu malam, seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa, 4 Februari 2019.
Dari 87,67 persen suara yang ikut memberikan suara, dalam penghitungan sementara hasil pilpres menunjukkan Bukele meraih 53,78 persen.
Baca: Perangi Gengster, Pasukan Khusus El Salvador Dibekali Ini
Pesaing terberatnya, Carlos Calleja dari partai konservatif Nation Republican Alliance atau ARENA berada di urutan kedua dengan meraih 31,62 suara.
Mantan Menteri Luar Negeri Hugo Martinez yang didukung partai kiri yang berkuasa, Farabundo Marti National Liberation Front atau FMLN berada di urutan ketiga dengan meraih 13,77 persen suara.
ARENA, partai yang berhaluan kanan dan FMLN yang berhaluan kiri merupakan dua partai berkuasa di El Salvador selama puluhan tahun. Saat ini, ARENA menempati 37 kursi di parlemen, FMLN sebanyak 23 kursi, GANA 11 kursi, dan partai kecil lainnya 13 kursi.
Bukele menarik perhatian masyarakat agar mendukungnya dengan mengangkat isu anti-impunitas untuk memberantasa korupsi di El Salvador. Ia dikenal karena kampanyenya yang menekankan pada pemberangusan korupsi.
Mantan wali kota San Salvador yang sukses mempercantik wajah ibu kota El Salvador menjanjikan pemilihnya untuk menciptakan pemerintahan yang efisien dengan menggunakan data yang besar untuk mengatasi masalah.
Baca: El Salvador Desak Amerika Serikat Kembalikan Anak Imigran
El Salvador menghadapi banyak masalah terutama mewabanya korupsi, kemiskinan serta pengangguran akibat meluasnya korupsi, perseteruan para gangster yang menewaskan puluhan orang, serta meningkatnya jumlah orang hilang.
El Salvador menjadi salah satu negara yang paling banyak ditemukan terjadi pembunuhan oleh kekerasan antar gangster.
Bukele yang menjabat sebagai wali kota San Salvador dari tahun 2015 hingga 2018 menarik perhatian dunia karena sebagai pemimpin milenial yang trampil menggunakan media sosial dan berencana merevitalisasi kota dari kekerasan para gangster.
Saat menjabat sebagai wali kota San Salvador, Bukele mendapat banyak dukungan dan dikenang sebagai sosok yang memperbaharui ruang-ruang publik di ibu kota El Salvador yang bersejarah.
"Akan baik jika Bukele melanjutkan pola serupa semasa dia jadi wali kota. Dia bekerja mungkin tidak 100 persen namun kami melihat hasil pekerjaannya,' kata Gonzales.
Jika hasil akhir pilpres El Salvador resmi menyatakan Nayib Bukele pemenang pilpres, maka pelantikan presiden akan diadakan pada 1 Juli 2019 untuk masa jabatan selama 5 tahun.