TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin kelompok Abu Sayyaf bernama Hatib Hajan Sawadjaan, diyakini sebagai otak dan penyokong dana teror bom di katedral Jolo, Filipina, yang menewaskan 23 orang dan melukai 100 lainnya.
"14 tersangka masih berkeliaran, termasuk dalang teror Sawadjaan, sementara 3 lain termasuk 2 pelaku bom bunuh diri warga Asia tewas," kata Kepala Kepolisian Filipina (PNP) Jenderal Oscar Albayalde, dikutip dari Rappler, 4 Februari 2019.
Baca: 5 Tersangka Pengebom Katedral di Filipina Selatan Serahkan Diri
"Dia (Sawadjaan) adalah yang mendanai teror ini," tambah Oscar Albayalde.
Polisi mencurigai bahwa pemboman gereja dilakukan oleh dua orang Asia tetapi dengan bantuan kelompok Sawadjaan.
Sawadjaan mendanai perakitan alat peledak improvisasi (IED) dan merencanakan teror bersama pasutri Asia beberapa hari sebelumnya di Patikul, Sulu, sebelum mereka pergi ke Jolo.
Pasukan militer Filipina baku tembak dengan militan - militan kelompok garis keras pada Sabtu, 2 Februari 2019 atau sepekan setelah serangan bom di gereja katedral Jolo. Sumber: Ben Hajan/EPA/aljazeera.com
Saat ditanya bagaimana Sawadjaan mendanai pembuatan bom, kepala polisi mengatakan ia kemungkinan besar menggunakan uang tunai dari pemerasan kelompok Abu Sayyaf (ASG), penculikan, dan bahkan mungkin kegiatan obat-obatan terlarang.
Baca: Mendagri Filipina Sebut Pembom Katedral Pasutri Indonesia
"Selain dari pemerasan, penculikan, sumber dana mereka, mungkin berasal dari obat-obatan terlarang eperti yang kita lihat di Marawi," kata Albayalde.
Pemimpin kelompok Abu Sayyaf itu terakhir terlihat ketika sekitar 100 anggota Abu Sayyaf bentrok dengan militer di Barangay Kabbon Takas, di Patikul, Sulu pada Sabtu pagi. Sawadjaan lolos dari pertempuran itu.
Sawadjaan juga termasuk di antara para pemimpin Abu Sayyaf yang dilaporkan terluka selama pertemuan dengan pasukan pemerintah Filipina di Sulu pada September 2018.