TEMPO.CO, Jakarta - Setelah menggelar kebaktian tanpa henti selama 96 hari, Gereja Bethel di Belanda akhirnya berhasil menyelamatkan satu keluarga imigran dari deportasi.
Lima anggota keluarga Tamrazyans asal Armenia, akhirnya bernafas lega karena batal dideportasi setelah suaka yang diajukan ditolak imigrasi.
Pemerintah Belanda pada Selasa kemarin, akhirnya menyerah dan memberikan mereka waktu lebih lama untuk kembali mengajukan suaka, seperti dikutip dari CNN, 1 Februari 2019.
Baca: Gereja di Belanda Gelar Kebaktian 5 Minggu Tanpa Henti, Ada Apa?
Gereja Bethel di Den Haag mulai menggelar kebaktian sejak 26 Oktober 2019, ketika orang tua bersama anak mereka: Hayarpi, Warduhi dan Seyran berlindung di dalam gereja. Untuk mencegah mereka ditangkap dan dideportasi, pihak gereja menggelar kebaktian dan ibadah maraton selama 96 hari atau sekitar 2.327 jam. Langkah ini sukses, pasalnya, hukum Belanda melarang polisi memasuki gereja ketika ibadah sedang dilaksanakan.
"Pada tanggal 30 Januari 2019, kebaktian gereja terus-menerus yang telah diadakan sejak 26 Oktober 2018 di lingkungan tetangga dan gereja Bethel telah berakhir. Perjanjian politik yang disimpulkan pada hari Selasa menawarkan keluarga Armenia Tamrazyan masa depan yang aman di Belanda," kata pihak gereja.
Hayarpi Tamrazyan (tengah/pakaian kuning) dari Armenia menghadiri kebaktian di Gereja Bethel karena gereja mengadakan ibadah selama 24 jam untuk mencegah keluarga tersebut dideportasi pihak imigrasi Belanda.[CNN]
Media Belanda NOS melaporkan bahwa peraturan baru ini memungkinkan pihak berwenang menilai kembali permohonan suaka dari sekelompok keluarga pencari suaka yang sudah ada di negara itu, yang mencakup sekitar 700 anak yang tumbuh di Belanda dan orang tua mereka.
Baca: Kenapa Orang Belanda Suka Bersepeda?
Theo Hettema, ketua Dewan Umum Menteri Protestan di Belanda, bersyukur atas masa depan yang aman bagi ratusan keluarga pengungsi di Belanda.
Gereja mengatakan lebih dari 1.000 orang ambil bagian dalam ibadah selama tiga bulan.
Keluarga Tamrazyans telah tinggal di Belanda selama sembilan tahun, namun suaka mereka selalu ditolak.
Baca: Supermarket Online Booming di Belanda
Menteri Imigrasi Belanda, Mark Harbers, telah menolak untuk menggunakan wewenangnya untuk campur tangan dan membiarkan mereka tetap tinggal.
"Saya sungguh tidak menyangka bagaimana akhirnya nanti, tapi kami berharap bisa tinggal di sini (Belanda), karena ini rumah kami, ini tempat di mana kami tinggal," kata Hayarpi, 21 tahun, salah satu putri tertua dari keluarga imigran yang berlindung di Gereja Bethel Den Haag, saat diwawancara Reuters.