TEMPO.CO, Zamboanga City – Pasukan Filipina sempat melakukan kontak senjata selama lima menit dengan sekelompok militan Abu Sayyaf di Provinsi Sulu saat melakukan pengejaran terhadap kelompok pendukung ISIS ini. Otoritas Filipina menuding kelompok ini sebagai pelaku pengeboman di sebuah gereja di ibu kota Jolo, Sulu, pada akhir pekan lalu.
Baca:
“Tidak dilaporkan adanya korban dari kedua pihak seiring pasukan pemerintah terus mengejar para militan ke basis kekuatannya di Kota Patikul,” begitu dilansir Manila Times pada Kamis, 31 Januari 2019.
Pasukan pemerintah sempat adu tembak dengan kelompok Abu Sayyaf pada sekitar pukul 7 pagi pada Kamis lalu. Menurut Kolonel Gerry Besana, yang merupakan juru bicara komando militer di Mindanao Barat, kontak senjata itu terjadi di Kota Barangay Latih.
Baca:
Kelompok Abu Sayyaf atau juga disebut Ajang-Ajang beranggotakan lelaki berusia 20 – 30 tahun.
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, memerintahkan serangan kepada kelompok Abu Sayyaf setelah mengunjungi lokasi ledakan di Katedral Our Lady of Mount Carmel, yang menewaskan 21 orang dan melukai 100 orang lainnya.
Baca:
Duterte mengklaim pelaku pengeboman merupakan seorang lelaki dan perempuan, yang diduga orang asing. Saat ini, petugas forensik masih melakukan pengecekan di lokasi kejadian untuk menyelidiki masalah ini.
Helikopter tempur telah dikerahkan ke Sulu untuk serangan udara terhadap Abu Sayyaf, 30 Januari 2019.[Philstar]
Secara terpisah, Gubernur Mindanao, Mujiv Hataman, mengunjungi 36 orang korban luka dan memberi mereka bantuan finansial sekitar 20 ribu peso atau sekitar Rp5 juta per orang untuk biaya pengobatan.
Pemerintah Wilayah Otonomi Mindanao Muslim atau Autonomous Region in Muslim Mindanao juga memberikan bantuan kepada 62 keluarga yang terpaksa mengungsi karena operasi militer.
Baca:
Para keluarga ini berasal dari wilayah Barangay Bungkaong dan Latih di Patikul. “Kami mulai memberikan bantuan kemanusiaan bagi warga yang mengungsi,” kata Laisa Alamia, sekretaris kesejahteraan sosial ARMM.
Baca:
Sedangkan media Philstar melansir pasukan pemerintah terlibat kontak senjata dengan kelompok Abu Sayyaf setelah kamera CCTV menangkap keberadaan empat orang yang dicurigai oleh polisi. Polisi mengaku lengah dalam melakukan penjagaan sehingga serangan ke katedral bisa terjadi.