TEMPO.CO, Washington – Pemerintah Amerika Serikat bakal mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa – Bangsa untuk mendukung penuh Majelis Nasional di Venezuela sebagai satu-satunya lembaga demokrasi terpilih.
Baca:
Upaya AS untuk mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido ini kemungkinan bakal terganjal oleh Rusia, yang masih mendukung pemerintahan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro.
Dewan Keamanan PBB bakal menggelar pertemuan pada Sabtu, 26 Januari 2019, waktu setempat di New York, atas permintaan AS. Ini terjadi setelah AS dan sejumlah negara di Amerika Latin mengakui pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, sebagai Presiden interim dan mendesak Maduro untuk mundur.
Baca:
“Karena kondisi di Republik Venezuela terus memburuk, DK PBB menyatakan dukungan penuh kepada Majelis Nasioanl sebagai institusi demokrasi terpilih satu-satunya di Venezuela,” begitu bunyi draf yang disiapkan AS dan beredar pada Jumat, 25 Januari 2019.
Menlu AS, Mike Pompeo, dan Menlu Venezuela, Jorge Arreaza, dan sejumlah menteri lainnya akan menyampaikan sikap dalam sidang DK PBB, yang beranggotakan 15 negara.
Jika DK PBB mendukung draf rancangan AS ini maka Guaido bakal diakui sebagai kepala negara dari Majelis Nasional Venezuela. Guaido sendiri telah menyatakan diri sebagai Presiden interim Venezuela menggantikan Maduro pada Rabu kemarin.
Baca:
Namun, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan akan menolak draf rancangan AS tadi. Padahal, draf itu baru bisa berlaku jika DK PBB menyepakati secara bersama.
“Itu tidak akan disetujui. Bagi kami tidak ada yang berubah,” kata Nebenzia menyatakan sikap Rusia sebelum draf itu beredar pada Jumat malam.
Draf rancangan AS ini juga mendesak agar Venezuela segera menggelar pemilu yang adil, bebas, dan jujur serta mendapat pengawasan lembaga internasional dalam waktu secepatnya.
Soal ini, Kemenlu AS menyatakan Pompeo bakal mendesak anggota tetap DK PBB mendukung Guaido.
Baca:
Seperti dilansir Express, kondisi politik dan keamanan Venezuela mulai mengalami guncangan serius setelah 25 orang tentara level bawah menyerang pos penjagaan pasukan Garda Nasional, yang terletak sekitar 0.6 kilometer dari istana kepresidenan.
Serangan ini terjadi pada sekitar pukul tiga dini hari dan berlangsung hingga siang. Para tentara juga mencuri senjata, menculik empat pejabat pemerintah Venezuela dan mendesak agar Maduro mundur.
Juan Guaido.[REUTERS/Carlos Garcia Rawlins]
Militer Venezuela mengatakan para tentara pelaku kudeta ini telah ditangkap dan akan dijatuhi hukuman sesuai undang-undang berlaku. Dua hari kemudian, Juan Guaido menyatakan diri sebagai Presiden interim Venezuela dalam sebuah aksi unjuk rasa yang diikuti puluhan hingga ratusan ribu warga di Caracas.
Baca:
Maduro melakukan pengerahan masa tandingan di depan istana kepresiden Venezuela sambil meminta AS tidak ikut campur.
Presiden AS, Donald Trump, dan Wapres Mike Pence menyatakan dukungan terbuka kepada Guaido dan menyebut Maduro sebagai diktator di Venezuela.