TEMPO.CO, Jakarta - Kegaduhan politik dalam proses bercerainya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit telah membuat Ratu Elizabeth II prihatin. Ratu Elizabeth II pun mendesak masyarakat Inggris agar mencari kesamaan dan pemahaman untuk mengakhiri krisis.
Proses negosiasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa telah menciptakan krisis yang mengguncang investor dan para sekutu-sekutu Inggris. Brexit telah menciptakan krisis politik terburuk dalam setengah abad sejarah Inggris. Inggris bergabung dengan Uni Eropa pada 1973 dan pada 29 Maret 2019 negara itu harus sudah punya undang-undang yang mengatur Brexit.
Baca: Brexit, Permintaan Referendum Kedua Semakin Gencar
Dikutip dari reuters.com, Jumat, 25 Januari 2019, Ratu Elizabeth II tidak pernah secara gamblang menyebut Brexit dalam pidatonya di Institut Perempuan Norfolk. Ratu Elizabeth II hanya menyebut setiap generasi menghadapi tantangan dan kesempatan yang baru.
“Ketika kita mencari jawaban pada era modern ini, saya secara pribadi lebih suka mencoba dan menguji sejumlah langkah, misalnya saling berdialog dan menghormati perbedaan pendapat. Marilah kita bersama-sama mencari persamaan dan jangan sampai hilang fokus pada permasalahan yang sesungguhnya,” kata Ratu Elizabeth II.
Baca: Inggris Memulai Perundingan Putaran Pertama Brexit
Isi pidato Ratu Elizabeth II itu, diinterpretasikan sebagai sebuah kode terkait kegaduhan politik yang sedang terjadi di kalangan politisi elit Inggris. Majalah The Times menulis dalam berita utama mereka ‘akhiri permusuhan Brexit, Ratu memperingatkan para politikus’. Sedangkan BBC mewartakan tak ada keraguan kalau Kerajaan Inggris telah mengirimkan sebuah pesan.
Sebagai seorang kepala negara, Ratu Elizabeth II harus tetap netral dalam beropini soal politik Inggris. Dia bahkan tak bisa memberikan hak suara dalam referendum 2014 saat Skotlandia ingin merdeka dari Inggris.