TEMPO.CO, Kabul – Lembaga intelijen Afganistan mengklaim berhasil membunuh komandan Taliban yang merancang serangan terhadap markas militer tempat pelatihan mata-mata pada awal pekan ini.
Baca:
Direktorat Nasional Keamanan atau National Directorate Security mengatakan komandan Taliban itu bernama Noman, yang tewas dalam serangan udara pada Selasa malam, 22 Januari 2019.
Pejabat NDS mengatakan Noman merupakan dalang serangan markas NDS di Provinsi Maidan Wardak pada Senin, 21 Januari 2019. Lembaga ini mengklaim 36 orang tewas dan 58 orang terluka.
Baca:
Namun, sumber Reuters di kementerian Pertahanan dan Dalam Negeri Afganistan melansir jumlah korban tewas jauh lebih banyak yaitu tidak kurang 126 orang. Sumber lain mengatakan 72 orang tewas dan 38 lainnya terluka parah.
“Noman bersama tujuh orang lainnya menjadi target serangan setelah teridentifikasi oleh pasukan NDS,” begitu pernyataan lembaga itu seperti dilansir Reuters pada Rabu, 23 Januari 2019. “NDS akan mengikuti kelompok teroris dan membunuh mereka semua.”
Namun, pasukan Taliban membantah pernyataan NDS ini.
Baca:
Pernyataan NDS ini juga mendapat bantahan dari pejabat Provinsi Maidan Wardak, yang menjadi lokasi pusat pelatihan NDS.
Mohebulla Sharifzai, juru bicara kantor gubernur, mengatakan NDS membunuh enam orang lelaki bersenjata dengan serangan udara. Tapi dia mengaku tidak yakin jika komandan Taliban bernama Noman termasuk diantara para korban.
Petugas keamanan Afganistan memeriksa lokasi terjadinya bom mobil di Kabul, Afganistan, 15 Januari 2019. Pejuang Taliban bertanggung jawab atas serangan bom mobil tersebut yang menewaskan 4 orang. REUTERS/Mohammad Ismail
Seorang pejabat provinsi lainnya mengatakan NDS dengan dibantu pasukan asing melakukan dua serangan.
Baca:
“Serangan udara yang dilakukan pasukan asing membunuh tiga lelaki dan seorang anak lelaki. Mereka bukan lelaki bersenjata tapi pemburu,” kata Akhtar Mohammad Taheri, kepala Dewan Provinsi Maidan Wardak.
Taheri melanjutkan serangan kedua yang melibatkan pasukan NDS menewaskan lima warga sipil dari sebuah keluarga.
Dilansir media Tribune dari Pakistan, Serangan Taliban semakin meningkat seiring pertemuan antara pimpinan Taliban dan pejabat AS di Qatar untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 17 tahun. Pertemuan pada Senin pekan ini membahas dua agenda yaitu penarikan pasukan AS dari Afganistan dan tidak menggunakan wilayah negara itu sebagai lokasi untuk menyerang negara lain. Kedua pihak telah bertemua empat kali dalam beberapa bulan terakhir. Namun, pemerintah Afganistan tidak dilibatkan dalam perundingan damai ini.