TEMPO.CO, Kabul – Kelompok Taliban menyerang sebuah markas militer yang menjadi pusat pelatihan petugas mata-mata di kawasan tengah Afganistan pada Senin, 21 Januari 2019. Serangan ini menewaskan sekitar 120 orang dan delapan orang anggota pasukan komando.
Baca:
Pasukan Taliban menyerang pintu gerbang markas militer National Directorate for Security dengan menabrakkan kendaraan militer Humvee buatan Amerika Serikat.
Markas ini terletak di Provinsi Maidan Wardak, yang terletak di sebelah barat ibu kota Kabul. Ini dilanjutkan dengan dua orang penyerang menembaki kompleks dengan senjata api sebelum keduanya tewas tertembak.
“Kami punya informasi bahwa 126 orang tewas akibat ledakan di dalam pusat pelatihan militer, termasuk delapan anggota pasukan khusus,” kata seorang pejabat senior di kementerian Pertahanan di Kabul secara anonim seperti dilansir Reuters pada Senin, 21 Januari 2019.
Baca:
Peristiwa ini dibenarkan sejumlah pejabat lokal. Mereka mengatakan sejumlah anggota pasukan militer dan anggota NDS tewas di lokasi akibat serangan ini. Namun, para pejabat enggan mengungkap berapa jumlah korban tewas karena khawatir bakal menurunkan semangat pasukan.
“Saya diperintahkan untuk tidak mempublikasikan jumlah korban tewas. Rasanya frustrasi menyembunyikan fakta ini,” kata seorang pejabat kementerian Dalam Negeri.
Juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid, mengklaim serangan ke markas NDS menewaskan setidaknya 190 orang.
Baca:
Kompleks NDS ini dilengkapi dengan penjagaan yang ketat. Namun, pasukan Taliban meningkatkan serangannya ke sejumlah pos-pos polisi dan militer selama beberapa bulan terakhir. Ini terjadi meskipun proses negosiasi damai yang juga melibatkan AS, Pakistan dan Qatar masih terus berlanjut.
Serangan Taliban ini ditujukan untuk mengusir pasukan internasional pimpinan AS dari Afganistan. Kelompok ini ingin menerapkan pemahaman ajaran Islam yang kaku.
Serangan mematikan Taliban ini merupakan serangan paling besar terhadap pasukan Afganistan. Ini terjadi saat perwakilan Taliban, Zalmay Khalilzad, dan utusan khusus AS sedang bertemu di Qatar.
Baca:
Menurut anggota Dewan Provinsi Maidan Wardak, Sharif Hotak, dia melihat setidaknya 35 jasad pasukan Afganistan di rumah sakit.
“Banyak yang terbunuh. Sejumlah jasad dikirim ke Kabul dan juga korban luka,” kata Hotak. Menurut dia, pemerintah sengaja menyembunyikan jumlah korban luka untuk mencegah semangat pasukan Afganistan semakin turun.
Presiden Ashraf Ghani mengatakan musuh negara telah menyerang dan menewaskan sejumlah putra tercinta bangsa Afganistan.
Media Tribune dari Pakistan melansir juru bicara kantor Provinsi Maidan Wardak, Abdurrahman Mangal, mengatakan korban tewas hanya 12 orang dan 12 lainnya terluka. Ini akibat serangan bom mobil terhadap markas pasukan khusus.
Menurut Presiden Ghani jumlah korban tewas dari polisi dan militer mencapai 28 ribu sejak konflik dengan Taliban pada 2015.