TEMPO.CO, Jakarta - Presiden AS Donald Trump mengajukan tawaran baru pada hari Sabtu untuk mengakhiri penutupan pemerintahan selama 29 hari, namun tetap kukuh ingin membangun tembok dengan menawarkan beberapa konsesi kepada Demokrat.
Beberapa anggota parlemen Demokrat telah menyebut proposal itu tidak dapat diterima, dengan mengatakan proposal memperdagangkan perlindungan hukum sementara untuk beberapa imigran dengan tembok perbatasan yang tidak efektif dan mahal.
Baca: Ingin Mengakhiri Shutdown, Donald Trump Ajukan Penawaran Baru
Dikutip dari Reuters, 20 Januari 2019, rincian proposal yang diusulkan Trump dalam pidatonya: US$ 5,7 miliar (Rp 80 triliun) untuk menambah 370 kilometer tembok penghalang baja di sepanjang perbatasan, US$ 805 juta (Rp 12 triliun) untuk teknologi deteksi narkoba dan unit anjing, US$ 800 juta (Rp 11,3 triliun) dalam bantuan kemanusiaan untuk migran, mempekerjakan 2.750 agen perbatasan tambahan dan personil lainnya, US$ 563 juta (Rp 7,9 triliun) dalam pendanaan untuk sistem pengadilan imigrasi dan mempekerjakan 75 hakim baru, tiga tahun perlindungan hukum untuk "Pemimpi" (istilah Trump untuk imigran ilegal), yang berjumlah sekitar 700.000 imigran yang memasuki AS secara ilegal sebagai anak-anak.
Bagian atas dari lima prototipe tembok perbatasan Presiden AS Donald Trump diperlihatkan hampir selesai di sepanjang perbatasan AS-Meksiko di dekat San Diego, California, AS, 23 Oktober 2017. [REUTERS / Mike Blake]
Pemimpi, yang sebagian besar adalah orang dewasa muda Hispanik, diberikan izin untuk bekerja dan dilindungi dari deportasi di bawah program Deferred Action for Childhood Arrival (DACA), yang dibatalkan oleh Trump pada tahun 2017, tetapi tetap ada di bawah perintah pengadilan.
Baca: Trump Tolak Usul Akhiri Penutupan Pemerintahan dan Berunding
Tiga tahun perpanjangan perlindungan untuk penerima Status Perlindungan Sementara (TPS), yang berjumlah sekitar 300.000 warga negara dari negara-negara yang ditunjuk yang terkena dampak konflik bersenjata, bencana alam, atau konflik lainnya.
Pemerintahan Donald Trump telah menunjukkan skeptisisme yang mendalam terhadap program TPS dan telah pindah untuk menghapus status khusus untuk imigran dari El Salvador, Haiti, Honduras dan negara-negara lain.