TEMPO.CO, Jakarta - Shutdown yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah melampaui rekor terlama yang dilakukan presiden Amerika Serikat sebelumnya. Shutdown atau penutupan sementara pemerintahan diberlakukan Trump sejak 22 Desember 2018 untuk menekan Kongres Amerika Serikat supaya mengucurkan dana pembangunan tembok perbatasan Amerika Serikat – Meksiko, hal yang dijanjikannya semasa kampanye 2016.
Shutdown yang dilakukan Presiden Trump ini telah memancing berbagai opini publik. Jajak pendapat terbaru yang dilakukan Pusat Penelitian Pew dan dipublikasi pada Rabu, 16 Januari 2019 memperlihatkan banyak responden yang keberatan shutdown dijadikan taktik untuk membangun tembok perbatasan. Sebab hanya segelintir pihak melihat efektifitas tembok ini untuk memberantas imigran tak berdokumen.
Baca: Amerika Serikat Shutdown, Bisnis Ini Ikut Kena Dampak
Dikutip dari edition.cnn.com, Sabtu, 19 Januari 2019, sekitar 51 persen warga negara Amerika Serikat yang menjadi responden mengungkapkan ketidak setujuan jika satu-satunya cara untuk mengakhiri shutdown hanya dengan meloloskan undang-undang pencairan dana pembangunan tembok perbatasan. Di sisi lain, sebanyak 29 persen responden mengatakan tidak bisa menerima pengakhiran shutdown jika tanpa dipenuhinya keinginan Presiden Trump.
Baca: Shutdown Amerika Serikat Mulai Ancam Sektor Penerbangan
Jajak pendapat serupa yang dilakukan Universitas Quinnipac memperlihatkan sekitar 61 persen responden mendukung undang-undang baru pendanaan bagi keamanan wilayah perbatasan tanpa harus mendanai pembangunan tembok perbatasan. Sedangkan survei yang dilakukan PBS NewsHour/Marist memperlihatkan tujuh dari 10 warga Amerika Serikat berpendapat melakukan shutdown demi mencapai kata sepakat terkait kebijakan pemerintah adalah sebuah strategi yang keliru. Hanya 22 persen responden menilainya ini sebagai sebuah strategi yang bagus.
Sekarang ini, dukungan warga Amerika Serikat terhadap pembangunan tembok perbatasan juga masih rendah. Jajak pendapat memperlihatkan hanya empat dari 10 warga Amerika yang mendukung pembangunan tembok itu. Sampai Sabtu, 19 Januari 2019, pemerintahan Trump belum memperlihatkan sinyalemen akan segera mengakhiri shutdown.