TEMPO.CO, Beijing – Kota Beijing, Cina, bakal mencukur biaya belanja 2019 sebanyak 5 persen. Wali Kota Beijing, Chen Jining, mengatakan langkah pengetatan ini dilakukan karena ada tantangan fiskal akibat ketidakpastian ekonomi eksternal yang meningkat.
Baca:
Beban pendapatan Kota Beijing juga disebut meningkat karena adanya paket pemotongan pajak dan sejumlah komitmen seperti penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin.
“Para pejabat harus bersiap mengetatkan ikan pinggan,” kata Chen Jining dalam laporan pemerintahan tahunan seperti dilansir SCMP pada Selasa, 15 Januari 2019. “Meskipun ada pertumbuhan ekonomi yang stabil, ada tekanan yang menimbulkan jurang antara pendapatan pajak dan pengeluaran.”
Baca:
Chen memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Kota Beijing antara 6 – 6.5 persen pada 2019. Namun, pendapatan pemerintah kota hanya tumbuh sekitar 4 persen dibandingkan 6.5 persen pada 2018.
Menurut bujet pemkot Beijing, sumber pendapatan tradisional seperti sektor properti mengalami fluktuasi karena ada langkah untuk meredam kenaikan harga perumahan. Media China News Service melaporkan sementara ketidakpastian ekonomi eksternal diperkirakan bakal menekan kinerja keuangan pemkot.
Baca:
“Dalam hal pengeluaran, Beijing perlu melanjutkan implementasi integrasi Beijing – Tianjing – Hebei, menyiapkan Olimpiade Musim Dingin, merayakan 70 tahun kemerdekaan Republik Rakyat Cina. Permintaan dari semua aspek membuat pengeluaran menjadi tinggi,” begitu pernyataan di dalam bujet.
Pemkot Beijing juga diwajibkan mengikuti program pengurangan pungutan pajak, yang akan mencukur pendapatan sekitar Rp60 triliun pada 2019 atau setara 5 persen dari total pendapatan 2018.
Baca:
Reuters melansir nilai ekspor Cina pada Desember 2018 mengalami penurunan terbesar dalam 2 tahun terakhir. Namun, secara umum, Cina mencatatkan surplus perdagangan terutama ke AS sebanyak sekitar Rp4.600 triliun pada 2018.