TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Mahathir Mohamad perlu melihat bukti dokumen keterlibatan Cina dalam skandal 1MDB dalam laporan yang diterbitkan oleh Wall Street Journal.
Dr Tun Mahathir Mohamad mengatakan, seperti dilaporkan New Straits Times, 10 Januari 2019, pemerintah memerlukan dokumen untuk bukti yang menyebut dugaan keterlibatan Cina untuk membantu membayar utang 1MDB untuk mendapat imbalan proyek kereta cepat dan pipa dalam demi program ambisius Belt and Road Initiative, seperti yang diungkapkan oleh Wall Street Journal.
Baca: Cina Diduga Bersekongkol dengan Najib Razak dalam Skandal 1MDB
"Pernyataan ini dibuat oleh seseorang dalam pers. Saya harap ada dokumen, dan tentu saja kami perlu melihat dokumen atau menyerahkannya kepada kami sebagai bukti sebelum kami bertindak," ujar Mahathir.
Pada 8 September 2017, mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, melihat maket proyek ECRL (East Coast Rail Link) selama peluncuran proyek di Kuantan, Malaysia. [Foto AP]
Dalam laporan investigasi Wall Street Journal mengungkapkan bagaimana pejabat senior Cina menawarkan jaminan melunasi utang 1MDB dan sebagai gantinya perusahaan negara Cina memperoleh tender protek miliaran dolar di Malaysia.
Laporan tersebut mengungkap pertemuan rahasia pejabat penting dua negara. Selain itu, Cina dituding menyadap di kediaman dan kantor reporter Wall Streets Journal di Hong Kong, untuk melacak siapa narasumber Wall Street Journal selama liputan investigasi 1MDB.
Baca: Leonardo DiCaprio Bersaksi untuk Penyelidikan Skandal 1MDB
Pejabat Cina juga menawarkan bantuan kepada pejabat Malaysia untuk menggunakan pengaruh diplomatiknya kepada negara-negara lain agar menghentikan penyelidikan kasus 1MDB. Seperti diketahui skandal 1MDB melibatkan pencucian uang menggunakan sistem finansial di beberapa negara seperti AS, Swiss dan Singapura.
"Dalam beberapa bulan, Najib Razak, yang telah membantah melakukan kesalahan dalam skandal 1MDB, menandatangani US$ 34 miliar (Rp 551 triliun) kesepakatan rel dan pipa dengan perusahaan negara Cina, yang akan didanai oleh bank-bank Cina dan dibangun oleh pekerja Cina," kata laporan Wall Street Journal yang ditulis oleh Tom Wright dan Bradley Hope, yang juga menyebut pengusaha Malaysia yang kini buron, Jho Low, berperan sebagai mediator pejabat Cina dan Malaysia.