TEMPO.CO, Jenewa – Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei atau Ayatullah Khamenei mengatakan sanksi Amerika Serikat memberikan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran.
Baca:
Pada saat yang sama, Ayatullah Khamenei, mengatakan “idiot kelas satu” menjalankan kebijakan di Washington.
Presiden AS Donald Trump menyatakan negaranya keluar dari perjanjian internasional mengenai program nuklir Iran, yang awalnya didukung enam negara besar.
Lalu, Trump mengenakan sanksi baru untuk menjegal ekspor minyak Teheran, menutup program rudal balistik, dan mengurangi pengaruh regionalnya.
Baca Juga:
Baca:
“Sanksi-sanksi ini menekan bangsa dan negara,” kata Khamenei seperti dilansir dalam naskah pidato di sebuah acara peringatan peristiwa revolusi 1979, yang diunggah di situsnya, seperti dilansir Reuters pada Rabu, 9 Januari 2019.
Khamenei melanjutkan,”Amerika mengatakan dengan senang bahwa sanksi-sanksi ini tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Ya, sanksi-sanksi itu memang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan kekalahan Amerika juga akan terjadi seperti belum pernah terjadi sebelumnya, atas izin Allah.”
Khamenei juga mengecam pendekatan pejabat AS terhadap Iran dengan mengatakan tindakannya irasional. “Mereka seperti ‘idiot kelas satu’,” kata dia.
Baca:
Sanksi ekonomi yang dikenakan AS berdampak berat bagi perekonomian Iran. AS, misalnya, melarang penggunaan dolar untuk transaksi dengan Iran. AS juga mengancam negara-negara yang masih membeli minyak bumi dari Teheran.
Ekspor minyak bumi merupakan pendapatan utama negara ini. Reuters melansir sanksi ekonomi ini berdampak pada fluktuasi nilai tukar mata uang Iran. Ini membuat warga masyarakat biasa kesulitan untuk membeli barang dan jasa yang jadi kebutuhannya sehari-hari.
Sejumlah aksi protes sporadis terjadi akibatnya tekanan ekonomi ini, yang dilakukan para supir truk, petani, pedagang dan para guru. Ini terkadang berujung dengan konfrontasi dengan aparat keamanan.
Baca:
“Khamenei meminta pemerintah Iran bekerja membantu orang-orang paling lemah terdampak sanksi ekonomi ini,” begitu dilansir Reuters.
Dalam kunjungan ke Yordania dua hari lalu, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan negaranya akan terus menekan Iran dan ISIS, yang dianggap sebagai dua kekuatan paling berbahaya di kawasan Timur Tengah.
“Ancaman paling signifikan terhadap wilayah ini adalah Daesh dan Revolusi Islam,” kata Pompeo mengacu kepada ISIS dan Iran saat menggelar jumpa pers di Amman pada Selasa, 8 Januari 2019 seperti dilansir Aljazeera. Dia didampingi Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi.
Menlu Amerika Pompeo juga meminta negara-negara sekutu di kawasan ini agar tidak merasa khawatir dengan rencana penarikan pasukan AS dari Suriah dan Afganistan.