TEMPO.CO, Amsterdam – Dua orang anggota geng dari Amsterdam, Belanda, menjalani proses pengadilan terkait pembunuhan pembelot asal Iran, Ali Motamed, yang bernama asli Mohammed Reza Kolahi.
Baca:
Uni Eropa Beri Sanksi Unit Intelijen Iran Soal Plot Pembunuhan
Kolahi, 56 tahun, merupakan ahli listrik, yang tewas ditembak pada 2015 oleh pembunuh bayaran. Dia diduga bertanggung jawab dalam pengeboman besar di Teheran pada 1981. Serangan bom itu menewaskan belasan pejabat tinggi Iran termasuk deputi dari Ayatullah Khomeini.
“Jaksa penuntut meyakini kedua pria dikontrak untuk melakukan pembunuhan itu (terhadap Kolahi) oleh Naoufal “the Stomach” Fassih, yang merupakan gengster asal Amsterdam asal Moroko.
Saat ini, Fassih menjalani hukuman penjara atas pelanggaran hukum lain. Hingga kini, belum jelas siapa yang memerintahkan Fassih untuk melakukan kontrak pembunuhan itu.
Baca:
Pemerintah Belanda mengatakan memiliki bukti intelijen soal keterlibatan Iran, tapi tidak memiliki bukti mengenai keterlibatan Iran yang bisa digunakan di pengadilan.
“Investigasi kriminal yang sedang berlangsung belum mengkonfirmasi, dalam konteks hukum kriminal, bukti intelijen yang mengindikasikan campur tangan Iran,” begitu pernyataan dari kemenlu Belanda seperti dilansir Telegraph.
Pemerintah Belanda juga meyakini unit intelijen Iran terlibat dalam pembunuhan tokoh separatis Ahmad Mola Nissi, 52 tahun, yang tewas ditembak seperti Kolahi pada November 2017.
Baca:
Nissi merupakan pemimpin dari Gerakan Perjuangan Arab atau Arab Struggle Movement for the Liberation of Ahvaz. Ini merupakan kelompok separatis yang ingin membentuk negara di Iran bagian Barat. Pemerintah Iran menyebut kelompok ini sebagai teroris.
Hingga kini, otoritas hukum Belanda belum menangkap tersangka dalam kasus pembunuhan Nissi. Namun, ada dugaan kelompok kriminal di Rotterdam telah disewa untuk menembak Nissi. Polisi disebut sedang menginvestigasi geng narkoba asal Turki, yang terlibat penyelundupan obat terlarang.
Seperti dilansir Reuters, Uni Eropa telah membekukan aset milik unit intelijen Iran dan dua pejabatnya pada Selasa, 8 Januari 2019.
Ini terkait tudingan lembaga intelijen Iran terlibat melakukan dua pembunuhan di Belanda. Prancis dan Denmark menuduh Teheran berencana melakukan serangan di Eropa.
Baca:
“UE sepakat untuk mengenakan sanksi kepada Lembaga Intelijen Iran atas plot pembunuhan di wilayah Eropa. Ini sinyal kuat dari UE bahwa kami tidak akan menerima perilaku itu,” kata Anders Samuelsen, menteri Luar Negeri Denmark, lewat Twitter seperti dilansir Reuters pada 8 Januari 2019 waktu setempat.
Ali Motamed alias Mohammed Reza Kolahi, 56 tahun, (kanan) tewas ditembak di Belanda pada 2015. Dia diduga terlibat pengeboman besar di Teheran pada 1981 yang menewaskan belasan pejabat tinggi Iran. Foto sebelah kanan adalah Ayatullah Beheshti, ketua Mahkamah Agung Iran, yang tewas dalam pengeboman. IFP News
Langkah ini dinilai bersifat simbolis karena satu dari dua pelaku dipenjara di Belgia. Namun, ini menandai UE mengenakan sanksi kepada Iran pertama kali sejak mencabut sanksi tiga tahun lau menyusul kesepakatan nuklir 2015 dengan enam negara besar.
Keputusan ini juga menyatakan unit intelijen Iran dan dua orang stafnya sebagai teroris. Ini menyusul pengungkapan oleh Denmark dan Prancis pada tahun lalu bahwa ada dugaan lembaga intelijen Iran merancang plot pembunuhan di negara mereka.
Baca:
Mengenai ini, pemerintah Iran mengatakan tidak terlibat dalam plot yang dituduhkan. Iran menilai tuduhan itu dibuat untuk merusak hubungan UE dan Iran.
“Menuduh Iran tidak akan menghilangkan tanggung jawab Eropa yang melindungi teroris,” kata Jazad Zarif, menteri Luar Negeri Iran, lewat cuitan pada Selasa, 8 Januari 2019.
“Negara-negara Eropa, termasuk Denmark, Belanda, dan Prancis, menampung MEK,” kata Zarif merujuk kepada kelompok oposisi di pengasingan Mujaheedin-e Khalq.