TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Jerman menahan seorang laki-laki, 20 tahun, atas tuduhan telah melakukan pelanggaran data. Kasus ini membuat geger publik Jerman karena menjadi kasus pencurian data pribadi terbesar yang pernah terjadi di negara itu.
Data-data yang dicuri itu milik tokoh masyarakat, ratusan politisi Jerman, termasuk kanselir Jerman Angela Merkel. Akibat pencurian data ini, dokumen – dokumen yang seharusnya bersifat pribadi itu, menjadi terpublikasi online.
Baca: 4 Hal Mengenai Peretasan Terbesar Data Politikus di Jerman
Kepolisian Federal Kriminal Jerman pada Selasa, 8 Januari 2019 mengatakan pelanggaran data ini telah berdampak pada ratusan politisi Jerman. Kasus ini menjadi tamparan bagi otoritas-otoritas Jerman terkait cara penanganan saat terjadi pencurian data pribadi dan dokumen-dokumen yang bersifat pribadi.
Dikutip dari reuters.com, Selasa, 8 Januari 2019, aparat kepolisian Jerman telah menggeledah apartemen terduga pelaku pelanggaran data yang berlokasi di bagian tengah negara bagian Hesse, Jerman. Terduga pelaku sudah ditahan pada Minggu, 6 Januari 2019.
Baca: Data Angela Merkel Bocor, Ini Penjelasan Lembaga Siber Jerman
Sebelumnya media di Jerman Der Spiegel mewartakan seorang laki-laki telah mengaku melakukan pelanggaran data terbesar dalam sejarah Jerman. Sumber di tim penyidik Jerman mengatakan terduga pelaku tidak menyadari dampak dari perbuatannya. Untungnya, sejauh ini belum ada link yang mengarah pada badan-badan keamanan asing.
Masih belum jelas apakah kabar penahanan ini terkait dengan penggeledahan sebuah apartemen pada Minggu, 6 Januari 2019 yang dihuni oleh seorang pekerja IT, 19 tahun di wilayah selatan kota Heilbronn, Jerman. Pekerja IT tersebut diduga bernama Jan Schuerlein yang dalam unggahannya di Twitter mengatakan sedang menjadi saksi mata dalam sebuah penyelidikan. Schuerlein mengatakan bersikap kooperatif dengan kepolisian.
Kepolisian Federal Kriminal Jerman telah menyerukan agar dilakukan pengetatan undang-undang keamanan data, khsusunya stelah Badan Pertahanan Jerman dihubungi oleh seorang anggota parlemen pada awal Desember tahun lalu soal aktivitas mencurigakan pada email prbadi dan media sosial miliknya.