6. Mega Skandal 1MDB, PM Malaysia Najib Razak jadi tersangka.
Malaysia diterpa mega skandal penyalahgunaan dana 1MDB yang melibatkan Perdana Menteri Najib Razak dan sejumlah pejabat serta pengusaha yang dekat dengan Najib.
Dalam wawancara dengan Financial Times pada Oktober 2018, Najib menyangkal seluruh tuduhan yang diarahkan padanya.Najib menjelaskan uang tunai dan sejumlah barang mewah yang disita dari rumah dan kantornya oleh polisi merupakan kekayaan pribadi, bukan dari 1MDB. Kepolisian Malaysia juga menyita uang deposito Najib sebesar US$ 700 juta.
Najib sebagai tersangka menghadapi dakwaan pencucian uang, penyalahgunaan kekuasaan dan penyalahgunaan kepercayaan. Semua tuduhan itu dibuat tak lama setelah dia kehilangan kedudukannya di pemerintahan.
Najib Razak. REUTERS
Najib terdongkel dari kekuasaan di tengah derasnya tuduhan keterlibatan Najib dalam skandal korupsi 1 MDB, sebuah lembaga investasi yang dia dirikan pada 2009. Dia dituduh sebagai orang yang harus bertanggung jawab atas raibnya dana sebesar US$ 4,5 miliar di 1MDB.
Kementerian Kehakiman Amerika Serikat menuding ada uang sekitar US$ 68 juta yang dikirim ke Najib dari 1MDB. Namun Najib berkeras uang itu bukan untuk tujuan politik, melainkan uang dari Kerajaan Arab Saudi untuk membantu Malaysia memerangi ekstrimisme di Malaysia.
7. Krisis Kemanusiaan Rohingya.
Peristiwa genosida yang dialami oleh etnis minoritas Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar menjadi sorotan dunia sepanjang 2018. Tekanan yang dihadapi Myanmar semakin deras setelah tim investigasi PBB menyebut adanya dugaan keterlibatan militer dalam pembantaian terhadap etnis Rohingya.
Sepanjang 2018, sekitar 700 ribu etnis Rohingnya berlindung ke perbatasan Myanmar - Bangladesh. Upaya repatriasi atau pemulangan kembali Rohingya yang disepakati Bangladesh dan Myanmar batal direalisasikan setelah mendapat penolakan dari para pengungsi Rohingya dan beberapa LSM internasional.
Myanmar bersikukuh menyangkal telah melakukan kekerasan terhadap etnis Rohingya. Myanmar juga tetap menolak memberikan status kewarganegaraan kepada Rohingya.
Hamida, seorang wanita Rohingya mencium anaknya yang meninggal sebelum tiba di Shah Porir Dwip, Teknaf, Bangladesh, 14 September 2017. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
8. Aung San Suu Kyi dikucilkan masyarakat internasional.
Pemimpin de Fakto Myanmar, Aung San Suu Kyi menuai kritik sekaligus hukuman dari masyarakat internasional. Suu Kyi, peraih Nobel perdamaian memilih bergeming atas penderitaan panjang etnis Muslim minoritas Rohingya.
Sikap Suu Kyi ini telah berdampak pada pencabutan sejumah penghargaan yang pernah dianugerahkan kepadanya. Pada Agustus 2018, penghargaan Kebebasan Edinburgh yang pernah diberikan padanya, dicabut. Pada November 2018,Lembaga HAM Amnesty Internasional juga mencabut penghargaan HAM yang diterima Suu Kyi pada 2009.
Pada Desember 2018, dua lembaga berbeda mencabut penghargaan yang diberikan pada Suu Kyi, yakni Kebebasan Paris dan penghargaan Gwangju yang dianugerahkan oleh yayasan HAM Korea Selatan.
Selain kasus pembantaian terhadap etnis Rohingya, pada tahun ini citra Myanmar semakin terpuruk saat negara itu nekat memenjarakan dua wartawan kewarga negaraan Myanmar yang berkerja untuk Reuters. Dua wartawan itu adalah Wa Lone, 32 tahun, dan Kyaw Soe Oo, 28 tahun. Pada September lalu, keduanya divonis bersalah oleh pengadilan Yangon atas tuduhan telah mencuri dokumen negara. Keduanya dihukum tujuh tahun penjara.