TEMPO.CO, Jakarta - Uni Emirat Arab (UEA) membuka kembali kedutaan besarnya di Damaskus, Suriah, pada Kamis dan menandai dukungan diplomatik untuk Presiden Bashar al-Assad.
Langkah UEA ingin menormalkan hubungan dan mengurangi risiko campur tangan regional ketika sekutu Arab mendukung pemberontak Suriah, dan ini sangat penting bagi jalannya perang.
Baca: 4 Pemain Dalam Konflik Suriah dan Posisinya
"Keputusan UEA diumumkan setelah yakin bahwa tahap selanjutnya membutuhkan kehadiran Arab dan komunikasi kepada Suriah," kicau Anwar Gargash, menteri luar negeri UEA, dilaporkan Reuters, 28 Desember 2018.
Pembukaan kembali kedutaan adalah langkah menuju rehabilitasi Suriah oleh rekan-rekan Arabnya setelah keanggotaan Suriah di Liga Arab ditangguhkan tujuh tahun lalu.
Gargash mengatakan kepada Al Arabiya TV bahwa pembukaan kembali akan membutuhkan konsensus Arab.
Seorang pria memasang lambang kedutaan besar Uni Emirat Arab di Damaskus selama pembukaan kembali kedubes, Suriah 27 Desember 2018. [REUTERS / Omar Sanadiki]
Robert Ford, yang menjabat sebagai duta besar AS untuk Suriah ketika pemberontakan terhadap Assad meletus pada tahun 2011, mengatakan pembukaan kembali kedutaan UEA menunjukkan bahwa UEA berusaha untuk menggunakan kembali pengaruhnya di Suriah untuk meredam pengaruh rivalnya, Iran.
Baca: AS Tarik Pasukan dari Suriah, Erdogan Undang Trump ke Ankara
"Saya pikir mereka berharap bahwa dari waktu ke waktu dengan keterlibatan kembali secara finansial dan diplomatik dengan Damaskus, mereka dapat mengurangi pengaruh Iran," kata Ford, sekarang seorang rekan dengan lembaga pemikir Lembaga Timur Tengah yang juga mengajar di Universitas Yale.
Bendera UEA dikibarkan di kedutaan, yang ditutup sejak bulan-bulan awal konflik Suriah hingga hampir delapan tahun.
Baca: Komandan Inggris: Serangan Udara Hancurkan Logistik ISIS Suriah
Kementerian Luar Negeri UEA mengatakan kedutaan beroperasi normal pada Kamis kemarin.
UEA adalah salah satu dari beberapa negara-negara Liga Arab yang mendukung kelompok-kelompok bersenjata yang menentang Assad, meskipun perannya kurang menonjol dibandingkan dengan Arab Saudi, Qatar atau Turki, kata sumber-sumber pemberontak Suriah.