TEMPO.CO, Vatikan – Paus Fransiskus mendesak masyarakat dunia untuk melihat perbedaan sebagai sumber kekayaan dan bukannya sebagai bahaya. Dia menyerukan upaya rekonsiliasi di semua tempat yang sedang dilanda konflik.
Baca:
Paus menyampaikan pidato tradisi “Urbi et Orbi” di hadapan puluhan ribu warga, yang berkumpul di Lapangan St. Peter, dari balkon basilika tempat dia berdiri pertama kali sebagai Paus ketika terpilih pada 13 Maret 2013.
Fransiskus menyampaikan perlunya rasa persudaraan antara manusia dengan ide berbeda. “Sehingga mampu saling menghormati dan saling mendengarkan satu sama lain,” kata Paus seperti dilansir Reuters pada Selasa, 25 Desmber 2018 waktu setempat.
Fransiskus, yang merupakan Paus pertama dari Amerika Latin, menyebut terjadinya polarisasi soal migrasi. Dia mengingatkan pesan Tuhan soal kemanusiaan.
Foto:
“Cinta, saling menerima, dan menghomati rasa kemanusiaan di dalam diri kita, yang kita rasakan bersama dengan ras-ras, bahasa dan budaya berbeda di seluruh dunia.”
Media News melansir Paus juga menegaskan,”Perbedaan kita bukanlah sebuah kelemhaan atau bahaya melainkan sebuah sumber kekayaan.”
Fransiskus juga meminta digelar kembali dialog antara Israel dan Palestina untuk melakukan perjalanan damai bersama. “Sehingga ini bisa mengakhiri konflik yang telah berusia 70 tahun dan mencemari tanah yang dipilih Tuhan untuk menunjukkan wajahnya yang penuh cinta.”
Baca:
Paus juga meminta komunitas internasional bekerja bersama mencari solusi politik di Suriah. Dia berharap ada gencatan senjata untuk mengakhiri perang sipil di Yaman dan membawa perdamaian bagi masyarakat yang lelah oleh tindak kekerasan dan kelaparan.
Baca:
Paus juga meminta perdamaian terjadi di Ukraina dan saling menghormati hak antar negara. Ini menyusul ketegangan antara Ukraina dan Rusia pasca penangkapan tiga kapal dan mobilisasi pasukan militer di sepanjang perbatasan kedua negara.