TEMPO.CO, Damaskus - Keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk menarik pasukan dari Suriah membuat Menteri Pertahanan Jim Mattis mengundurkan diri.
“Anda berhak memiliki menteri Pertahanan yang memiliki pandangan selaras dengan Anda,” kata Mattis seperti dilansir sejumlah media seperti Reuters, CNBC dan CNN pada Rabu, 19 Desember 2018.
Baca:
Trump Percepat Pemberhentian Menhan Mattis, Kenapa?
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, juga menyatakan kekecewaannya. Ini karena Prancis juga ikut terlibat dalam operasi melawan ISIS di Suriah.
Baca Juga:
Perang Suriah, yang telah berlansung hampir delapan tahun ini diwarnai berbagai intervensi negara. Sejumlah negara ikut berperang baik mendukung atau berupaya menjatuhkan Presiden Suriah Bashar Al Assad.
Negara-negara ini, seperti AS, Rusia, Turki, dan Eropa membentuk kelompok milisi masing-masing dan mendukung penuh logistiknya. Berikut ini penjelasan posisi masing-masing pemain dalam konflik di Suriah seperti dilansir Reuters:
- Militer Suriah
Presiden Assad mengalami titik terendah kekuasaannya pada 2015 dengan hanya menguasai sekitar seperlima wilayah. Namun, berkat dukungan penuh Rusia pada tahun itu, pasukan Assad mulai menguasai berbagai wilayah, yang tadinya dikuasai pasukan ISIS.
Baca:
Trump Tarik Pasukan Amerika, Turki Siap Perangi ISIS di Suriah
Saat ini, pasukan pemerintah menguasai mayoritas wilayah kecuali Kota Idlib dan Manbij.
Wilayah yang dikuasi pemeirntah meliputi kota – kota utama, perbatasan dengan Lebanon, perbatasan dengan Yordania, gurun, dan ladang-ladang gas utama.
- Militer Turki dan milisi
Pasukan militer Turki mulai menginvasi Suriah bagian utara pada 2016 dan masih berlanjut hingga kini. Militer Turki mendukung kelompok milisi seperti Free Syrian Army, yang dipersenjatai dan dilatih penuh. Pasukan Turki membentuk garis pertahanan di bagian utara Suriah dari kawasan Sungai Eufrat di timur hingga kota Afrin di barat.
Baca:
Trump Minta Bantuan Erdogan Kalahkan ISIS di Suriah
Militer Turki juga membangun berbagai fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, dan sistem kantor pos.
Pasukan Kurdi menuding militer Turki memobilisasi masyarakat pengungsi dari berbagai daerah di Suriah untuk tinggal di rumah-rumah milik warga Kurdi di Kota Afrin setelah mereka melarikan diri dari kota itu pasca invasi Turki.
Sejak ISIS dipukul mundur dari wilayah itu pada Oktober tahun lalu, sebanyak 44 sekolah sudah dibuka lagi. Sebanyak 45 ribu anak-anak memanfaatkan kesempatan ini. sumber: REUTERS/Aboud Hamam
- Militer AS dan pemberontak
Pasukan khusus AS membangun basis pertahanan di tengah gurun di daerah Tanf pada 2016, yang terletak di Suriah bagian selatan. Militer mendukung kelompok pemberontak Maghawir al-Thawra. Posisi mereka ini berbatasan lansung dengan Yordania dan Irak.
Baca:
Posisi militer AS ini berdekatan dengan jalan raya ibu kota Damaskus – Baghdad, yang menjadi aset utama Assad. Militer AS membangun perimeter yang luas di sini dan menyerang setiap upaya untuk mendekati posisinya.
Pasukan AS juga memiliki basis di Kota Manbij, Suriah timur laut, dan mendukung milisi Unit Pertahanan Rakyat Kurdi.
Pasukan Kurdi bertempur melawan pasukan ISIS, yang tadinya mengusai sejumlah wilayah di bagian utara. Pasukan Kurdi dan sejumlah milisi Arab membentuk Pasukan Demokratik Suriah atau Syrian Democratic Forces.
SDF telah menguasai ibu kota ISIS di Raqqa, sebagian wilayah subur di timur Sungai Eufrat, dan sebagian ladang gas – minyak.
Baca:
- Kelompok ISIS
Pasukan teror ISIS mengalami kekalahan beruntun di berbagai front seperti di Suriah bagian timur, yang sekarang dikuasai SDF.
Saat ini, kelompok ini hanya menguasai sebagian kecil wilayah di bagian utara dari Sungai Eufrat dekat perbatasan Irak, dan wilayah kecil gurun di tengah Suriah. Mereka bergerak secara gerilya saat ini.