TEMPO.CO, Jakarta - Filipina mengirimkan pesan duka cita kepada Indonesia atas musibah tsunami selat sunda yang menewaskan 63 orang dan melukai hampir 600 orang. Juru bicara Kepresidenan Filipina, Salvador Panelo, mengatakan Kementerian Luar Negeri Filipina terus memantau perkembangan situasi akibat musibah ini dan memastikan warga negara Filipina yang ada di Indonesia dalam kondisi aman.
"Kami berbelasungkawa kepada masyarakat Indonesia atas musibah tsunami selat sunda pada Sabtu malam. Kami secara khusus menyampaikan simpati dan duka cita kepada keluarga korban atas tragedi ini," kata Panelo, Minggu, 23 Desember 2018.
Dikutip dari rappler.com, Panelo mengatakan Kementerian Luar Negeri Filipina melalui Kedutaan Besar Filipina di Jakarta akan terus memantau situasi di sekitar area yang terkena tsunami. Filipina juga akan berkomunikasi dengan ketua-ketua komunitas Filipina di Indonesia untuk memantau kondisi dan keamanan warga negara Filipina yang tinggal di sekitar area bencana.
Baca: BNPB: Korban Tewas Tsunami Selat Sunda Jadi 62 Orang
Penduduk yang rumahnya roboh dihantam tsunami mengambil atap untuk dipasang lagi di Kampung Sinar Laut, Kecamatan Panimbang, Pandeglang, Banten, Ahad, 23 Desember 2018. ANTARA
Baca: BNPB: Tsunami Selat Sunda Diduga karena Longsor Bawah Laut
Duta Besar Filipina untuk Indonesia Leehiong Wee mengatakan berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB, sampai Minggu, 23 Desember 2018, belum ada laporan warga negara Filipina yang menjadi korban dalam musibah ini.
Kedutaan Filipina di Jakarta juga telah menghubungi komunitas-komunitas Filipina di Banten guna memastikan tidak ada warga negara Filipina menjadi korban tewas mau pun korban luka dalam musibah tsunami selat sunda.
Gelombang tsunami selat sunda menyapu wilayah Pandeglang, Serang dan wilayah selatan Lampung pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 9.30 malam waktu setempat. Musibah ini telah meluluh lantakkan puluhan gedung dan menewaskan puluhan korban jiwa. Otoritas berwenang menyebut tsunami selat sunda terjadi karena pergeseran tanah di bawah laut saat gunung anak krakatau yang ada di selat sunda erupsi.