TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian London, Inggris, pada Jumat malam 21 Desember 2018, menangkap seorang laki-laki dan seorang perempuan setelah gangguan drone terjadi di Gatwick Airport, sebuah bandara tersibuk kedua di Inggris.
Kepolisian menjelaskan laki-laki yang dibekuk itu berusia 47 tahun dan terduga pelaku perempuan berumur 54 tahun. Keduanya merupakan warga lokal.
Mereka ditahan atas tuduhan telah menciptakan gangguan pada layanan penerbangan sipil. Tidak ada kelompok radikal yang mengklaim bertanggung jawab atas hal ini.
Baca: Diintai Drone, Bandara Gatwick di Inggris Ditutup
Gangguan drone ini telah memaksa bandara Gatwick membatalkan atau mengalihkan sekitar seribu penerbangan selama tiga hari terhitung sejak Rabu. Sekitar 140 ribu calon penumpang terkena dampak gangguan ini.
Kendaraan bandara berjaga di landasan Bandara Gatwick yang ditutup setelah dua drone secara ilegal di atas lapangan udara di Inggris, Kamis, 20 Desember 2018. Polisi masih memburu tersangka penerbangan tersebut. REUTERS/Peter Nicholls
Dengan dibekuknya dua terduga pelaku tersebut, maka mulai Sabtu, 22 Desember 2018, aktivitas penerbangan di bandara Gatwick diharapkan sudah berjalan normal. Namun kepolisian memperingatkan kepada para penumpang agar bersiap terhadap kemungkinan keterlambatan penerbangan dan pembatalan karena pihak bandara masih berbenah akibat gangguan drone tersebut. Gangguan drone ini adalah gangguan terbesar sejak gangguan abu vulkanik Icelandic pada 2010.
"Kami masih menyelidiki motif gangguan ini dan terus membangun upaya mencegah terjadinya gangguan drone seperti ini," kata James Collis, Kepala Polisi.
Baca: Drone Raksasa Disulap Jadi Motor Terbang ala Super Hero
Gangguan drone yang mengintai bandara Gatwick pertama kali terlihat pada Rabu malam, 19 Desember 2018. Kondisi ini telah memaksa pihak bandara untuk membatalkan seluruh penerbangan dari dan menuju bandara tersebut.
Sehari kemudian, bandara dibuka kembali, tetapi drone atau pesawat tanpa awak itu, terlihat lagi. Walhasil, otoritas meningkatkan kontrol keamanan di bandara, khususnya setelah Angkatan Darat Inggris mengerahkan teknologi militer untuk memantau area bandara guna memastikan wilayah itu cukup aman bagi penerbangan.