TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memerintahkan Angkatan Bersenjata negara itu agar mulai melakukan penarikan sekitar 7 ribu pasukan Amerika Serikat yang ada di Afganistan. Proses penarikan ini diharapkan mulai dilakukan dalam beberapa bulan ke depan.
Dikutip dari nytimes.com, Jumat, 21 Desember 2018, rencana penarikan pasukan ini disampaikan oleh sumber di Kementerian Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon pada Kamis, 20 Desember 2018. Sedangkan Juru bicara Pentagon Rebecca Rebarich, enggan berkomentar soal rencana penarikan pasukan militer ini.
Baca: Serbu Penjara Taliban, Militer Afganistan Bebaskan 54 Orang
Meriam M 777 memiliki kemampuan teknis sebagai berikut, memiliki berat 4 ton, jangkauan tembak hingga 30 Km, waktu persiapan tembak mencapai 3 menit, dan terbuat dari titanium. Meriam ini sudah terbukti keunggulannya saat perang Afganistan, meriam ini teruji amat bandel dengan medan pertempuran yang tidak bersahabat. defencetalk.com
Penarikan pasukan ini terasa sangat tiba-tiba hingga sehari setelah rencana ini menyebar luas, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Jim Mattis mengumumkan pengunduran dirinya per Februari 2019. Keputusan Mattis itu diduga karena ketidak setujuannya dengan Presiden Trump yang ingin menarik pasukan militer Amerika Serikat dari Suriah.
Baca: Ledakan Bom Hantam Klub Olahraga di Afganistan, 20 Orang Tewas
Rencana penarikan pasukan dan keputusan Mattis meninggalkan pemerintahan Trump menjadi pukulan telak bagi dunia pertahanan Amerika Serikat. Sumber di Pentagon mengatakan pengurangan pasukan militer di Afganistan adalah salah satu usaha Washington agar Angkatan Bersenjata Afganistan mandiri dan tidak lagi bergantung pada dukungan barat.
Namun sejumlah pihak khawatir langkah ini hanya akan membahayakan pasukan militer Afganistan yang masih tertatih mengalahkan kelompok radikal Taliban. Kondisi Angkatan Bersenjata Afganistan mengalami kerusakan parah kendati saat ini mendapat dukungan dari Amerika Serikat.
Presiden Trump sebenarnya sudah lama ingin menarik pulang pasukan militer Amerika Serikat di Afganistan, tapi pada 2017 atas permintaan Mattis keinginannya ini belum bisa diwujudkan. Mattis ketika itu bahkan berencana mengirim sekitar 4 ribu pasukan tambahan ke Afganistan dengan harapan bisa lebih cepat mengakhiri konflik.
Akan tetapi rencana Mattis itu tidak sesuai dengan yang diinginkan. Sejumlah pejabat di Pentagon mengatakan meskipun pasukan sudah ditambah dengan kampanye serangan udara yang lebih agresif, namun Angkatan Bersenjata Afganistan nyaris tidak mengalami perkembangan positif, sebaliknya Taliban menguasai lebih banyak wilayah.