TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Ekonomi Arab Saudi mengatakan investasi asing di Arab Saudi meningkat lebih dari dua kali lipat pada 2018 dengan nilai 13 miliar dolar atau Rp 188,6 triliun, meskipun dilanda isu negatif seperti Perang Yaman dan pembunuhan Jamal Khashoggi.
Investasi asing Arab Saudi telah terguncang dalam beberapa pekan terakhir setelah pembunuhan Jamal Khashoggi pada 2 Oktober.
Baca: Jurnalis Jamal Khashoggi Raib, Bursa Saham Arab Saudi Anjlok
Menteri ekonomi dan perencanaan Arab Saudi, Mohammed al-Tuwaijri tidak menyebutkan tentang pembunuhan Khashoggi dalam konferensi.
Menurut laporan Reuters, 20 Desember 2018, dia mengatakan investasi asing pada 2018 naik 110 persen dari tahun sebelumnya selama konferensi pers sehari setelah Riyadh mengumumkan rencana untuk meningkatkan belanja negara sebesar 7 persen tahun depan, guna mendorong pertumbuhan ekonim setelah terdampak harga minyak yang rendah.
Bursa Saham Arab Saudi [gulfbusiness.com]
Investor asing menjual sahamnya di Arab Saudi pada Oktober, salah satu aksi jual terbesar sejak pasar saham dibuka pada pertengahan 2015. Namun gelombang jual saham bersar-besaran ini berkurang.
Pemerintah telah mengupayakan investasi asing yang lebih besar sebagai landasan dari rencana Visi 2030 untuk mendiversifikasi ekonomi pengekspor minyak utama dunia agar tidak bergantung pada pendapatan minyak mentah.
Baca: Investor Asing Jual Saham Arab Saudi karena Kasus Jamal Khashoggi
Lima sektor ekonomi dipersiapkan untuk privatisasi pada kuartal pertama 2019, kata Tuwaijri.
Pada April, pemerintah mengatakan ingin menghasilkan 35 miliar riyal (Rp 135 triliun) hingga 40 miliar riyal (Rp 154 triliun) dalam pendapatan non-minyak dari program privatisasi pada tahun 2020 dan menciptakan hingga 12.000 pekerjaan.
Pangeran Mohammed bin Salman juga bersikeras bahwa rencana tertunda untuk menjual saham perusahaan raksasa minyak Arab Saudi Aramco akan terus berlanjut.
Baca: Arab Saudi Jual Saham Perusahaan Minyak Saudi Aramco
Selain memaparkan nilai investasi asing, Tuwaijri juga memprediksi angka pengangguran pada 2019 akan turun setelah angka pengangguran Arab Saudi tahun ini tercatat 12,9 persen, yang merupakan rekor pengangguran tertinggi dalam sejarah.