TEMPO.CO, Jakarta - Nadia Murad, perempuan Irak Yazidi peraih Nobel Perdamaian tahun ini, mengatakan ingin menggunakan hadiah uang Nobelnya untuk membangun rumah sakit bagi korban pelecehan seksual di kota kelahirannya.
Korban seks ISIS tersebut mengumumkan rencananya di hadapan ratusan orang di Sinjar, kampung halamannya di Irak utara.
Baca: Pesan Menyentuh Nadia Murad Usai Menerima Nobel Perdamaian 2018
"Dengan uang yang saya dapat dari hadiah Nobel Perdamaian, saya akan membangun sebuah rumah sakit di Sinjar untuk mengobati orang sakit, terutama para janda dan perempuan korban pelecehan seksual oleh militan ISIS," kata Nadia, dilaporkan dari Reuters, 15 Desember 2018.
Pemenang Nobel Perdamaian Nadia Murad berbicara di Sinjar, Irak.[REUTERS]
Nadia Murad adalah satu dari sekitar 7.000 perempuan yang ditangkap di Irak barat laut pada Agustus 2014 dan disandera oleh ISIS di Mosul, di mana dia disiksa dan diperkosa.
Dia melarikan diri setelah tiga bulan dan mencapai Jerman. Dari Jerman dia mulai berkampanye untuk memohon dukungan bagi masyarakat Yazidi.
Baca: Nadia Murad Dapat Nobel Perdamaian, Komunitas Yazidi Bereaksi
Daerah Yazidi di Sinjar sebelumnya telah dihuni oleh sekitar 400.000 orang, kebanyakan Yazidi dan Arab Sunni.
Dalam hitungan hari, lebih dari 3.000 orang Yazidi terbunuh dan sekitar 6.800 diculik, baik dijual ke dalam perbudakan atau wajib militer untuk melawan ISIS.
Nadia Murad dan Denis Mukwege menerima penghargaan Nobel Perdamaian di Oslo, Norwegia, 10 Desember 2018.[Sky News]
Dia berterima kasih kepada pemerintah Irak dan Kurdistan karena menyetujui rencananya dan mengatakan dia akan menghubungi organisasi kemanusiaan segera untuk memulai pembangunan.
Baca: Nadia Murad, Korban Kekerasan Seksual ISIS Raih Nobel Perdamaian
Nadia Murad memperoleh hadiah Nobel Perdamaian sebesar US$ 1 juta atau Rp 14,5 miliar bersama dokter Kongo Denis Mukwege atas upaya mereka untuk mengakhiri penggunaan kekerasan seksual sebagai senjata perang dan konflik.