TEMPO.CO, Caracas – Duta Besar Amerika Serikat untuk Venezuela, Kevin Whitaker, mengatakan kedatangan pesawat pengebom strategis milik Rusia, Tu-160, yang datang ke negara Amerika Latin itu bukanlah sebuah provokasi.
Baca:
“Itu adalah pesawat tuan yang merupakan milik museum,” kata Whitaker kepada Radio RCN seperti dilansir Sputnik News pada Jumat, 14 Desember 2018 waktu setempat.
Seperti diberitakan Reuters sebelumnya, Rusia mengirim dua pesawat pengebom Tu-160 ke Venezuela sebagai bagian dari kerja sama latihan militer antara kedua negara.
Beberapa hari sejak pesawat itu tiba pada 10 Desember 2018, Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menuding AS dan penasehat keamanan nasional John Bolton menyiapkan rencana untuk menggulingkannya. Dia juga menyebut AS berupa menginvasi Venezuela bahkan mencoba membunuhnya.
Foto:
Maduro melontarkan tudingan ini dalam pidato namun tidak menunjukkan bukti.
Media Sputnik News melansir kedatangan dua pesawat itu ke Venezuela mendapat kritik dari AS dan Kolombia. Soal ini, kemenlu Rusia meyakinkan kedua negara bahwa pesawat pengebom itu tidak membawa senjata nuklir.
Pesawat jet tempur Tupolev Tu-160 dikenal di Rusia sebagai Angsa Putih. Nato menyebut pesawat ini sebagai Blackjack. Pesawat ini memiliki sayap yang lebar hingga 55 meter. Ini merupakan pesawat pengebom strategis supersonic, yang dikembangkan di awal 1980an dan mulai beroperasi pada 1987.
Baca:
Tu-160 diklaim mampu mencapai kecepatan Mach 2 dan terbang hingga 12.300 kilometer tanpa pengisian bahan bakar. Pesawat ini juga mampu membawa persenjataan seberat 40 ribu kilogram seperti 6 rudal jelajah Raduga.
Pesawat ini mengalami pembaruan pada 2005 dan disebut sebagai Tu-160M2. Versi baru pesawat Rusia ini dipasangi mesin baru, peralatan penerbangan baru, sistem elektronik baru serta lapisan luar baru sebagai fitur siluman.